EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Ejaan Adalah
seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan,
dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan
berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan
huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan
yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan
cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.
Ejaan merupakan
kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir
kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang
tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan
antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang
berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai
diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan
yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan
nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia
pada tahun itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada
ejaan yang merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen
(nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan
pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu.
Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
A. PEMAKAIAN HURUF
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama
tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
|
Nama
|
|
Kapital
|
Kecil
|
|
A
B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z |
a
b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z |
a
be ce de e ef ge ha i je ka el em en o pe ki er es te u ve we eks ye zet |
Huruf yang
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e,
i, o, dan u.
Huruf
Vokal |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
a
e* i o u |
api
enak emas itu oleh ulang |
padi
petak kena simpan kota bumi |
lusa
sore tipe murni radio ibu |
Keterangan:
*
|
Untuk keperluan
pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
|
Misalnya:
|
|
Anak-anak
bermain di teras (téras).
|
|
Upacara itu
dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
|
|
Kami menonton
film seri (séri).
|
|
Pertandingan
itu berakhir seri.
|
|
Di mana kécap
itu dibuat?
|
|
Coba kecap
dulu makanan itu.
|
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v,
w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan |
Contoh Pemakaian
dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
b
c d f g h j k l m n p q** r s t v w x** y z |
bahasa
cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni |
sebut
kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim |
adab
- Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Keterangan:
*
|
Huruf k
melambangkan bunyi hamzah.
|
**
|
Huruf q
dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox)
dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).
|
Di dalam bahasa Indonesia
terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
ai
au oi |
ain
aula - |
malaikat
saudara boikot |
pandai
harimau amboi |
Gabungan huruf
konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
kh
ng ny sy |
khusus
ngilu nyata syarat |
akhir
bangun banyak isyarat |
tarikh
senang - arasy |
Catatan:
Nama orang, badan
hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
1.
|
Huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu
jam.
|
|||||||||||||||
2.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||||||||
Misalnya:
Adik bertanya,
"Kapan kita pulang?"
Orang itu
menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin
engkau terlambat," katanya.
"Besok
pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
|
|||||||||||||||
3.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||
4.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
|
|
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
|
|||
b.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
|
||
Misalnya:
Dia baru saja
diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini
dia pergi naik haji.
Ilmunya belum
seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
|
|||
5.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang,
nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang
tertentu.
|
|
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara
Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen
Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
|
|||
b.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk
kepada bentuk lengkapnya.
|
||
Misalnya:
Sidang itu
dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu
dipimpin Presiden.
Kegiatan itu
sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu
sudah direncanakan oleh Departemen.
|
|||
c.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
|
||
Misalnya:
Berapa orang camat
yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu
dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap
departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
|
|||
6.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
|
|
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
|
|||
Catatan:
|
(1)
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der
(dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam
nama Portugal).
|
|
Misalnya:
J.J de
Hollander
J.P. van
Bruggen
H. van der
Giessen
Otto von
Bismarck
Vasco da
Gama
|
||
(2)
|
Dalam nama
orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama
kata bin atau binti.
|
|
Misalnya:
Abdul Rahman bin
Zaini
Ibrahim bin
Adham
Siti Fatimah binti
Salim
Zaitun binti
Zainal
|
b.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
c.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama
jenis atau satuan ukuran.
|
|||||||||
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere
|
||||||||||
7.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
|
||||||||
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
|
||||||||||
b.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
|
|||||||||
Misalnya:
pengindonesiaan
kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
|
||||||||||
8.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
|
||||||||
Misalnya:
|
||||||||||
b.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
|
Misalnya:
Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
Soekarno dan
Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
|
||||||||||||||||
9.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama
diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
c.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata
yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
d.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh
nama diri geografi.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||
e.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai
penjelas nama jenis.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
|
||||||||||||||||
10.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas,
seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
|
||||||||||||||
Misalnya:
|
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu
dan Anak
|
||||||||||||||||||||||
b.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
beberapa badan
hukum
kerja sama
antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang
yang berlaku
|
||||||||||||||||||||||
Catatan:
Jika yang
dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia,
huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
|
||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pemberian gaji
bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen
sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah
ditandatangani oleh Direktur.
|
||||||||||||||||||||||
11.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu
Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
|
||||||||||||||||||||||
12.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali
kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah
membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah
Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen
surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia
menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
||||||||||||||||||||||
13.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
yang digunakan dengan nama diri.
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
||||||
Catatan:
Gelar akademik
dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara
khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 036/U/1993.
|
||||||
14.
|
a.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak,
ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
|
||||
Misalnya:
Adik bertanya,
"Itu apa, Bu?"
Besok Paman
akan datang.
Surat Saudara
sudah saya terima.
"Kapan Bapak
berangkat?" tanya Harto.
"Silakan
duduk, Dik!" kata orang itu.
|
||||||
b.
|
Huruf kapital
tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang
tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak
dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak
mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
|
||||||
15.
|
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam
penyapaan.
|
|||||
Misalnya:
Sudahkah Anda
tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda
telah kami terima dengan baik.
|
||||||
16.
|
1.
|
Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
Saya belum
pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa
dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu
muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
|
|
Catatan:
Judul skripsi,
tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak
ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
|
|
2.
|
Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.
|
Misalnya:
Huruf pertama
kata abad adalah a.
Dia bukan menipu,
melainkan ditipu.
Bab ini tidak
membicarakan pemakaian huruf kapital.
|
Buatlah kalimat
dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
|
||
3.
|
a.
|
Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
|
Misalnya:
Nama ilmiah
buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus
bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide
et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan 'pandangan
dunia'.
|
||
b.
|
Ungkapan asing
yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan
sebagai kata Indonesia.
|
|
Misalnya:
Negara itu
telah mengalami empat kali kudeta.
Korps
diplomatik memperoleh
perlakuan khusus.
|
||
Catatan:
Dalam tulisan
tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
|
1.
|
Huruf tebal
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar
isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Huruf tebal
tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Akhiran –i
tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak
mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja
sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
Seharusnya
ditulis dengan huruf miring:
Akhiran –i
tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak
mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja
sama ditulis terpisah.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Huruf tebal
dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk
menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kalah v 1 tidak menang ...; 2
kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus ...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
|
|
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2
menaklukkan ...; 3 menganggap kalah ...
terkalahkan v dapat dikalahkan ...
|
Catatan:
Dalam tulisan
tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf
tebal diberi garis bawah ganda.
|
II.
PENULISAN KATA
Kata yang berupa
kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Bukuitusangat menarik.
Ibusangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantorpajakpenuhsesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantorpos.
1.
|
a.
|
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
|
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
|
||
b.
|
Imbuhan
dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
|
|
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
|
||
2.
|
Jika bentuk
dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
|
||
3.
|
Jika bentuk
dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
|
|
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
|
||
4.
|
Jika salah satu
unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
|
|
ditulis
serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
1.
|
Bentuk ulang
ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
|
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Awalan dan
akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Angka 2 dapat
digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam
pembuatan catatan rapat atau kuliah.
|
Misalnya:
Pemerintah
sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami mengundang
orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2
pameran.
Yang
ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan
Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
|
1.
|
Unsur unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
|
||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||
2.
|
Gabungan kata
yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan
tanda hubung di antara unsur unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang
|
bersangkutan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Gabungan kata
yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
1.
|
Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
|
|
a.
|
Jika di tengah
kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu.
|
|
Misalnya:
bu-ah
ma-in
ni-at
sa-at
|
||
b.
|
Huruf diftong ai,
au, dan oi tidak dipenggal.
|
|
Misalnya:
pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
|
||
c.
|
Jika di tengah
kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
|
|
Misalnya:
ba-pak
la-wan
de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
mu-sya-wa-rah
|
||
d.
|
Jika di tengah
kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu.
|
Misalnya:
Ap-ril
cap-lok
makh-luk
man-di
sang-gup
som-bong
swas-ta
|
||||||||||||||||
e.
|
Jika di tengah
kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan
satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ul-tra
in-fra
ben-trok
in-stru-men
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||
2.
|
Pemenggalan
kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar
dan imbuhan atau partikel itu.
|
|||||||||||||||
Misalnya:
ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
|
||||||||||||||||
Catatan:
|
|
||||||||||||||||||||||
3.
|
Jika sebuah
kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)
|
|||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||||
4.
|
Nama orang,
badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih
dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah).
Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
|
Kata depan di,
ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalamgabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:
Bermalam sajalah di
sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan
di dalam lemari.
Kawan-kawan
bekerja di dalam gedung.
Dia
berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke
tengah kancah perjuangan.
Mari kita
berangkat ke kantor.
Saya pergi ke
sana kemari mencarinya.
Ia datang dari
Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari
mana dia berasal.
Cincin itu
terbuat dari emas.
Catatan:
Kata-kata yang
dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya
sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada
saya.
Dia masuk, lalu keluar
lagi.
Bawa kemari
gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting
itu.
1.
|
Partikel lah,
kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Bacalah
buku itu baik-baik!
Apakah
yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah
gerangan dia?
Apatah
gunanya bersedih hati?
|
|
2.
|
Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
|
Misalnya:
Apa pun
permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang
tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua
kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah
membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
|
|
Catatan:
Partikel pun
pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
|
|
Misalnya:
Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan
diselesaikannya.
Baik laki laki maupun
perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya
dapat dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
|
|
3.
|
Partikel per
yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
|
Misalnya:
Mereka masuk ke
dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu
Rp50.000,00 per helai.
|
|
Pegawai negeri
mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
|
Catatan:
Partikel per
dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan
kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.)
|
1.
|
Singkatan ialah
bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
a.
|
Singkatan nama
orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
di belakang tiap-tiap singkatan itu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
b.
|
Singkatan nama
resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
c.
|
1)
|
Singkatan kata
yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
2)
|
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|||||||||||||||||
Catatan:
Singkatan itu
dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat
dan kuliah.
|
|||||||||||||||||
d.
|
Singkatan
gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam
surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
e.
|
Lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda dengan titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
2.
|
Akronim ialah
singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
|
||||||||||||||||
a.
|
Akronim nama
diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
b.
|
Akronim nama
diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal
kapital.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
c.
|
Akronim bukan
nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf
kecil.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|
|
|
||||||||
Catatan:
Jika
pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut.
|
Bilangan dapat
dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab
|
:
|
0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV,
V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M
(1.000.000)
|
1.
|
Bilangan dalam
teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian
atau paparan.
|
Misalnya:
Mereka menonton
drama itu sampai tiga kali.
Koleksi
perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72
anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang
dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
|
|
2.
|
Bilangan pada
awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat
diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada
awal kalimat.
|
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia
mengundang 250 orang peserta.
|
|
Bukan:
250 orang
peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
|
|
3.
|
Angka yang
menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
|
Misalnya:
Perusahaan itu
baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan
bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek
pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
|
|
4.
|
Angka digunakan
untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu;
(c) nilai uang; dan (d) jumlah.
|
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
||||||||||||||||||||
5.
|
Angka digunakan
untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Jalan Tanah
Abang I No. 15
Jalan Wijaya
No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru,
Kamar 169
|
||||||||||||||||||||
6.
|
Angka digunakan
untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
Bab X, Pasal 5,
halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
|
||||||||||||||||||||
7.
|
Penulisan
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
|
|||||||||||||||||||
a.
|
Bilangan utuh
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
b.
|
Bilangan
pecahan
|
|||||||||||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||||||||||
Catatan:
|
Misalnya:
|
||||||||||||
8.
|
Penulisan
bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
9.
|
Penulisan
bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5).
|
|||||||||||
Misalnya:
|
||||||||||||
10.
|
Bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam
dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
|
|||||||||||
Misalnya:
Di lemari itu
tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami
mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu
dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
|
||||||||||||
11.
|
Jika bilangan
dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
|
|||||||||||
Misalnya:
Saya lampirkan
tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian
barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli
uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
|
||||||||||||
Catatan:
|
Kata ganti ku-
dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Buku ini boleh kau
baca.
Bukuku,
bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya
sedang diperbaiki.
Catatan:
Kata kata ganti
itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung
apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali
dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku
Kata si
dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu
dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu
memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu
membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi
nasihat sang kakak.
Catatan:
Huruf awal si
dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan
sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah
sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si
Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.
III.
PEMAKAIAN TANDA BACA
1.
|
Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan: Tanda
titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda
titik.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya: Buku
itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik
tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar
jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau
huruf.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
pukul 1.35.20
(pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Penulisan waktu
dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
|
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu.
|
||||||||||||
Misalnya:
1.35.20 jam (1
jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20
menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30
detik)
|
|||||||||||||
5.
|
Tanda titik
dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
|
||||||||||||
Misalnya:
Alwi, Hasan,
Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab
dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
|
|||||||||||||
Catatan:
Urutan
informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
|
||||||||||||
Misalnya:
Desa itu
berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang
lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk
Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
|
|||||||||||||
Catatan:
|
|
|||||||||
7.
|
Tanda titik
dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)
|
B.
Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda koma
dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya membeli
kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa,
surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, ...
tiga!
|
|
2.
|
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
|
Misalnya:
Saya akan
membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku
saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang
membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa
harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
|
|
3.
|
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
|
Misalnya:
Kalau ada
undangan, saya akan datang.
Karena tidak
congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki
wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
|
|
Catatan:
Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan
datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai
banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus
membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
|
|
4.
|
Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
|
Misalnya:
|
Anak itu rajin
dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar
negeri.
Anak itu memang
rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong
kepada siapapun.
|
|
Catatan:
Ungkapan
penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak
dipakai pada awal paragraf.
|
|
5.
|
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya,
jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu
diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
|
|
6.
|
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
|
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya
gembira sekali."
"Saya
gembira sekali," kata Ibu, "karena lulus ujian."
|
|
7.
|
Tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
|
Misalnya:
"Di mana
Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
"Masuk ke
kelas sekarang!" perintahnya.
|
|
8.
|
Tanda koma
dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
|
Misalnya:
Sdr. Abdullah,
Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10
Mei 1960
Tokyo, Jepang.
|
|
9.
|
Tanda koma
dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
|
Misalnya:
Gunawan, Ilham.
1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran
(Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H.
Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy.
2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
|
10.
|
Tanda koma
dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
|
Misalnya:
Alisjahbana, S.
Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka
Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman,
Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung:
Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta,
W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
|
11.
|
Tanda koma
dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B. Ratulangi,
S.E.
Ny. Khadijah,
M.A.
Bambang Irawan,
S.H.
Siti Aminah,
S.E., M.M.
|
|
Catatan:
Bandingkan Siti
Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas
Agung).
|
|
12.
|
Tanda koma
dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
|
Misalnya:
12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
|
|
Catatan:
Bandingkan
dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di
antara dolar dan sen.
|
|
13.
|
Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat
juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
|
Misalnya:
Guru saya, Pak
Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami,
misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik
laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
|
|
Catatan:
Bandingkan
dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:
Semua siswa yang
lulus ujian akan mendapat ijazah.
|
|
14.
|
Tanda koma
dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam
pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan
nusantara ini.
Atas perhatian
Saudara, kami ucapan terima kasih.
|
|
Bandingkan
dengan:
Kita dapat
memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalampengembangan
kosakata.
Kami ucapkan
terima kasih atas perhatian Saudara.
|
1.
|
Tanda titik
koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk setara.
|
||||||||
Misalnya:
Hari sudah
malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus
tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di
teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair
kesayanganku.
|
|||||||||
2.
|
Tanda titik
koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang
berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
|
||||||||
Misalnya:
Syarat syarat
penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
|
|||||||||
3.
|
Tanda titik
koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
|
||||||||
Misalnya:
Ibu membeli
buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat
ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
|
1.
|
Tanda titik dua
dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau
pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Kita sekarang
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua
pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
Tanda titik dua
tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan
kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu
mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda titik dua
dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
|
||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
3.
|
Tanda titik dua
dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
|
||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||
4.
|
Tanda titik dua
dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam
kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.
|
||||||||||||
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke
Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum
Pembentukan Istilah Edisi Ketiga.
Jakarta: Pusat Bahasa
|
1.
|
Tanda hubung
menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
|
Misalnya:
Di samping cara
lama diterapkan juga ca-
ra baru ....
Sebagaimana
kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang
takretak.
|
|
2.
|
Tanda hubung
menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan
bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
|
Misalnya:
Kini ada cara
yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru
ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini
merupakan sarana pertahan-
an yang
canggih.
|
|
3.
|
Tanda hubung
digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
|
|
4.
|
Tanda hubung
digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang
dieja satu-satu.
|
Misalnya:
8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
|
|
5.
|
Tanda hubung boleh
dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan
(b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
|
Misalnya:
|
ber-evolusi
dua-puluh
ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan
sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh
mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
|
|||||||||||||
Bandingkan
dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan
(1 x 20.000)
tanggung jawab
dan kesetiakawanan social
|
|||||||||||||
6.
|
Tanda hubung
dipakai untuk merangkai:
|
||||||||||||
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara
Sukarno-Hatta
alat
pandang-dengar
|
|||||||||||||
7.
|
Tanda hubung
dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
||||||||||||
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an
|
1.
|
Tanda pisah
dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun utama kalimat.
|
Misalnya:
Kemerdekaan
itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan
itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
|
|
2.
|
Tanda pisah
dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan
Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
|
|
3.
|
Tanda pisah
dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
|
Misalnya:
Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10
April 2008
Jakarta–Bandung
|
|||||||
Catatan:
|
1.
|
Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya.
|
Misalnya:
Kapan dia
berangkat?
Saudara tahu,
bukan?
|
|
2.
|
Tanda tanya
dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
|
Misalnya:
Dia dilahirkan
pada tahun 1963 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
Tanda seru
dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang
kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya
taman laut ini!
Bersihkan kamar
itu sekarang juga!
Sampai hati benar
dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
1.
|
Tanda elipsis
dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
|
||||
Misalnya:
Kalau begitu
..., marilah kita laksanakan.
Jika Saudara
setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
|
|||||
2.
|
Tanda elipsis
dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.
|
||||
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan
pengalaman kita ... masih sangat terbatas.
|
|||||
Catatan:
|
|
1.
|
Tanda petik
dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pasal 36 UUD
1945 menyatakan, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. "
Ibu berkata,
"Paman berangkat besok pagi. "
"Saya
belum siap," kata dia, "tunggu sebentar!"
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Tanda petik
dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Sajak "Pahlawanku"
terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang
membaca "Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa
Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah
"Penggunaan Tanda Baca" dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
"Makalah
"Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif" menarik perhatian peserta
seminar.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3.
|
Tanda petik
dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
|
|||||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
Pekerjaan itu
dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Dia bercelana
panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Catatan:
|
1.
|
Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
|
||||||||
Misalnya:
Tanya dia,
"Kaudengar bunyi 'kring kring' tadi?"
"Waktu kubuka
pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku
lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
|
|||||||||
2.
|
Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
|
||||||||
Misalnya:
|
|||||||||
3.
|
Tanda petik
tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau
bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
|
||||||||
Misalnya:
|
1.
|
Tanda kurung
dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
|
Misalnya:
Anak itu tidak
memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak
membawa SIM (surat izin mengemudi).
|
|
Catatan:
Dalam penulisan
didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
|
|
Misalnya:
Saya sedang
mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda
pengenal dalam berbagai keperluan.
|
|
2.
|
Tanda kurung dipakai
untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
|
Misalnya:
Sajak Tranggono
yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
Keterangan itu
(lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
|
|
3.
|
Tanda kurung
dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
|
Misalnya:
Kata cocaine
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki
itu berasal dari (Kota) Surabaya.
|
|
4.
|
Tanda kurung
dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
|
Misalnya:
Faktor produksi
menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
|
Dia harus
melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2)
ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
|
|||||||||||||
Catatan:
Tanda kurung
tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan
perincian yang disusun ke bawah.
|
|||||||||||||
Misalnya:
Kemarin kakak
saya membeli
Dia senang
dengan mata pelajaran
|
1.
|
Tanda kurung
siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
|
Misalnya:
Sang Sapurba
men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan
uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun
[hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
|
|
2.
|
Tanda kurung
siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
|
Misalnya:
Persamaan kedua
proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38])
perlu dibentangkan di sini.
|
1.
|
Tanda garis
miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
|
||||||
Misalnya:
No. 7/PK/2008
Jalan Kramat
III/10
tahun ajaran
2008/2009
|
|||||||
2.
|
Tanda garis
miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
|
||||||
Misalnya:
|
|||||||
Catatan:
Tanda garis
miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam
kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
|
O.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia 'kan sudah
kusurati.
|
('kan = bukan)
|
Malam 'lah
tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '08
|
('08 = 1988)
|
IV.
PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik
dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,
shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya
disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang
berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab
dengan a) menjadi 'a
'asr
|
asar
|
sa'ah
|
saat
|
manfa'ah
|
manfaat
|
' (ain Arab) di
akhir suku kata menjadi k
ra'yah
|
rakyat
|
ma'na
|
makna
|
ruku'
|
rukuk
|
aa (Belanda) menjadi a
paal
|
pal
|
baal
|
bal
|
octaaf
|
oktaf
|
ae tetap ae jika tidak bervariasi
dengan e
aerobe
|
aerob
|
aerodinamics
|
aerodinamika
|
ae, jika bervariasi dengan e,
menjadi e
haemoglobin
|
hemoglobin
|
haematite
|
hematit
|
ai tetap ai
trailer
|
trailer
|
caisson
|
kaison
|
au tetap au
audiogram
|
audiogram
|
autotroph
|
autotrof
|
tautomer
|
tautomer
|
hydraulic
|
hidraulik
|
caustic
|
kaustik
|
c di muka a, u, o,
dan konsonan menjadi k
calomel
|
kalomel
|
construction
|
konstruksi
|
cubic
|
kubik
|
coup
|
kup
|
classification
|
klasifikasi
|
crystal
|
kristal
|
c di muka e, i, oe,
dan y menjadi s
central
|
sentral
|
cent
|
sen
|
cybernetics
|
sibernetika
|
circulation
|
sirkulasi
|
cylinder
|
silinder
|
coelom
|
selom
|
cc di muka o, u, dan
konsonan menjadi k
accomodation
|
akomodasi
|
acculturation
|
akulturasi
|
acclimatization
|
aklimatisasi
|
accumulation
|
akumulasi
|
acclamation
|
aklamasi
|
cc di muka e dan i menjadi
ks
accent
|
aksen
|
accessory
|
aksesori
|
vaccine
|
vaksin
|
cch dan ch di muka a, o,
dan konsonan menjadi k
saccharin
|
sakarin
|
charisma
|
karisma
|
cholera
|
kolera
|
chromosome
|
kromosom
|
technique
|
teknik
|
ch yang lafalnya s atau sy
menjadi s
echelon
|
eselon
|
machine
|
mesin
|
ch yang lafalnya c menjadi c
chip
|
cip
|
voucher
|
vocer
|
China
|
Cina
|
ck menjadi k
check
|
cek
|
ticket
|
tiket
|
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda
|
sabda
|
çastra
|
sastra
|
d (Arab) menjadi d
darurat
|
darurat
|
fardu
|
fardu
|
hadir
|
hadir
|
e tetap e
effect
|
efek
|
description
|
deskripsi
|
synthesis
|
sintesis
|
ea tetap ea
idealist
|
idealis
|
habeas
|
habeas
|
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer
|
stratosfer
|
systeem
|
sistem
|
ei tetap ei
eicosane
|
eikosan
|
eidetic
|
eidetik
|
einsteinium
|
einsteinium
|
eo tetap eo
stereo
|
stereo
|
geometry
|
geometri
|
zeolite
|
zeolit
|
eu tetap eu
neutron
|
neutron
|
eugenol
|
eugenol
|
europium
|
europium
|
f (Arab) menjadi f
faqīr
|
fakir
|
mafhum
|
mafhum
|
saf
|
saf
|
f tetap f
fanatic
|
fanatik
|
factor
|
faktor
|
fossil
|
fosil
|
gh menjadi g
sorghum
|
sorgum
|
gue menjadi ge
igue
|
ige
|
gigue
|
gige
|
h (Arab) menjadi h
hakim
|
hakim
|
tahmid
|
tahmid
|
ruh
|
roh
|
i pada awal suku kata di muka vokal
tetap i
iambus
|
iambus
|
ion
|
ion
|
iota
|
iota
|
ie (Belanda) menjadi i jika
lafalnya i
politiek
|
politik
|
riem
|
rim
|
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety
|
varietas
|
patient
|
pasien
|
efficient
|
efisien
|
kh (Arab) tetap kh
khusus
|
khusus
|
akhir
|
akhir
|
ng tetap ng
contingent
|
kontingen
|
congres
|
kongres
|
linguistics
|
linguistik
|
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen
|
estrogen
|
oenology
|
enologi
|
foetus
|
fetus
|
oo (Belanda) menjadi o
komfoor
|
kompor
|
provoost
|
provos
|
oo (Inggris) menjadi u
cartoon
|
kartun
|
proof
|
pruf
|
pool
|
pul
|
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology
|
zoologi
|
coordination
|
koordinasi
|
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur
|
gubernur
|
coupon
|
kupon
|
contour
|
kontur
|
ph menjadi f
phase
|
fase
|
physiology
|
fisiologi
|
spectograph
|
spektograf
|
ps tetap ps
pseudo
|
pseudo
|
psychiatry
|
psikiatri
|
psychic
|
psikis
|
psychosomatic
|
psikosomatik
|
pt tetap pt
pterosaur
|
pterosaur
|
pteridology
|
pteridologi
|
ptyalin
|
ptialin
|
q menjadi k
aquarium
|
akuarium
|
frequency
|
frekuensi
|
equator
|
ekuator
|
q (Arab) menjadi k
qalbu
|
kalbu
|
haqiqah
|
hakikah
|
haqq
|
hak
|
rh menjadi r
rhapsody
|
rapsodi
|
rhombus
|
rombus
|
rhythm
|
ritme
|
rhetoric
|
retorika
|
s (Arab) menjadi s
salj
|
salju
|
asiri
|
asiri
|
hadis
|
hadis
|
s (Arab) menjadi s
subh
|
subuh
|
musibah
|
musibah
|
khusus
|
khusus
|
sc di muka a, o, u,
dan konsonan menjadi sk
scandium
|
skandium
|
scotopia
|
skotopia
|
scutella
|
skutela
|
sclerosis
|
sklerosis
|
scriptie
|
skripsi
|
sc di muka e, i, dan y
menjadi s
scenography
|
senografi
|
scintillation
|
sintilasi
|
scyphistoma
|
sifistoma
|
sch di muka vokal menjadi sk
schema
|
skema
|
schizophrenia
|
skizofrenia
|
scholasticism
|
skolastisisme
|
t di muka i menjadi s
jika lafalnya s
ratio
|
rasio
|
actie
|
aksi
|
patient
|
pasien
|
t (Arab) menjadi t
ta'ah
|
taat
|
mutlaq
|
mutlak
|
Lut
|
Lut
|
th menjadi t
theocracy
|
teokrasi
|
orthography
|
ortografi
|
thiopental
|
tiopental
|
thrombosis
|
trombosis
|
methode
(Belanda)
|
metode
|
u tetap u
unit
|
unit
|
nucleolus
|
nukleolus
|
structure
|
struktur
|
institute
|
institut
|
ua tetap ua
dualisme
|
dualisme
|
aquarium
|
akuarium
|
ue tetap ue
suede
|
sued
|
duet
|
duet
|
ui tetap ui
equinox
|
ekuinoks
|
conduite
|
konduite
|
uo tetap uo
fluorescein
|
fluoresein
|
quorum
|
kuorum
|
quota
|
kuota
|
uu menjadi u
prematuur
|
prematur
|
vacuum
|
vakum
|
v tetap v
vitamin
|
vitamin
|
television
|
televisi
|
cavalry
|
kavaleri
|
w (Arab) tetap w
jadwal
|
jadwal
|
marwa
|
marwa
|
taqwa
|
takwa
|
x pada awal kata tetap x
xanthate
|
xantat
|
xenon
|
xenon
|
xylophone
|
xilofon
|
x pada posisi lain menjadi ks
executive
|
eksekutif
|
taxi
|
taksi
|
exudation
|
eksudasi
|
latex
|
lateks
|
xc di muka e dan i menjadi
ks
exception
|
eksepsi
|
excess
|
ekses
|
excision
|
eksisi
|
excitation
|
eksitasi
|
xc di muka a, o, u,
dan konsonan menjadi ksk
excavation
|
ekskavasi
|
excommunication
|
ekskomunikasi
|
excursive
|
ekskursif
|
exclusive
|
eksklusif
|
y tetap y jika lafalnya y
yakitori
|
yakitori
|
yangonin
|
yangonin
|
yen
|
yen
|
yuan
|
yuan
|
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium
|
itrium
|
dynamo
|
dinamo
|
propyl
|
propil
|
psychology
|
psikologi
|
z tetap z
zenith
|
zenit
|
zirconium
|
zirkonium
|
zodiac
|
zodiak
|
zygote
|
zigot
|
z (Arab) menjadi z
zalim
|
zalim
|
hafiz
|
hafiz
|
Konsonan ganda
menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:
gabbro
|
gabro
|
accu
|
aki
|
effect
|
efek
|
commission
|
komisi
|
ferrum
|
ferum
|
salfeggio
|
salfegio
|
ummat
|
umat
|
tammat
|
tamat
|
Tetapi:
mass
|
massa
|
Catatan:
1.
|
Unsur serapan
yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi
diubah.
|
Misalnya:
bengkel, kabar, nalar, paham,
perlu, sirsak
|
|
2.
|
Sekalipun dalam
ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian
abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam
penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
|
Di samping
pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa
Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi,
efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,
efek, dan implemen.
-aat (Belanda) menjadi -at
|
-age menjadi -ase
|
|||||||||||
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal
(Belanda) menjadi -al
|
|||||||||||
-ant menjadi -an
|
|||||||||||
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki
|
|||||||||||
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
|
|||||||||||
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi,
-si
|
|||||||||||
-eel (Belanda) menjadi -el
|
|||||||||||
-ein tetap -ein
|
|||||||||||
-i (Arab) tetap -i
|
|||||||||||
-ic, -ics, -ique, -iek,
-ica (Belanda) menjadi -ik, -ika
|
|||||||||||
-ic, -isch (adjektiva Belanda)
menjadi -ik
|
|||||||||||
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
|
|
|||||||||
-ile, -iel menjadi -il
|
|||||||||
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
|
|||||||||
-ist menjadi -is
|
|||||||||
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
|
|||||||||
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah
|
|||||||||
-logue menjadi -log
|
|||||||||
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
|
|||||||||
-loog (Belanda) menjadi -log
|
|||||||||
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
|
|||||||||
-oir(e) menjadi -oar
|
|||||||||
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur,
-ir
|
|||||||||
-or tetap -or
|
|||||||||
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
|
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar