Rabu, 12 Februari 2014

Paragraf

PARAGRAF

2.1   Pengertian Paragraf atau Alinea
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
2.2   Bagian-bagian paragraf
Pada umumnya alinea terdiri atas lebih dari satu kalimat. Atau dapat dikatakan bahwa alinea pada umumnya terdiri atas beberapa kalimat. Dari fungsi dan kandungannya, kalimat dalam alinea dapat dipilah-pilah menjadi kalimat topik, kalimat pengembangan, kalimat penutup, dan kalimat penghubung.
2.3   Tujuan pembentukan paragraf
a.       Memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap satu tema
b.      Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan normal
2.4   Struktur paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk menjelaskan atau mendukung ide utama.
a.       Ciri kalimat topik :
·         Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut
·         Mengandung kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
·         Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain
·         Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
b.      Ciri kalimat pendukung :
·         Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
·         Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu alinea
·         Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa penghubung atau kalimat transisi
·         Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang bersifat mendukung kalimat topik
2.5   Syarat-syarat paragraf yang baik
            Tidak semua kumpulan kalimat dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf, dan tidak semua paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik. Kumpulan kalimat yang saling berhubungan dan memenuhi persyaratan tertentu sajalah yang dapat dikatakan sebuah paragraf. Paragraf yang baik hendaklah memenuhi persyaratan: kesatuan, kepaduan, kelengkapan, dan urutan.
            Paragraf hendaknya hanya memuat satu kalimat topik dan setiap paragraf hendaknya memiliki unsur kelengkapan, yaitu memiliki beberapa kalimat penjelas yang bisa berupa fakta-fakta atau contoh-contoh. Selain itu, kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut hendaknya benar-benar saling berhubungan. Secara lengkap, syarat paragraf yang baik adalah sebagai berikut.
Suatu paragraf dianggap bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya apabila paragraf itu lengkap, artinya mngandung pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas. Di samping itu sama halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu.(Keraf, 1980:67) Adapun syarat-syarat tersebut antara lain.
a.       Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud dengan kesatuan (unity) adalah bahwa paragraf tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa saja hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang mempunyai kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tungggal itulah yang ingin disampaikan penulis dalam alinea itu (Keraf, 1980:67).
Jadi kesatuan atau unity di sini bukan berarti satu atau singkat kalimatnya, melainkan berarti kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan:
Masalah mahasiswa di Indonesia umum sekali. Mereka kebanyakan sulit untuk sepenuhnya memusatkan perhatian pada studi mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda-pemuda dari keluarga biasa yang kurang mampu. Para mahasiswa itu pun mencari pekerjaan. Oleh karena itu selama belajar mereka kadang-kadang terganggu oleh keadaan ekonomi.
Apabila paragraf di atas kita analisis, akan kita temukan:
·         Pikiran utama : masalah umum dalam dunia mahasiswa
·         Pikiran penjelas : sulit memusatkan perhatian, berasal dari keluarga biasa, terganggu oleh ekonomi
Unsur-unsur penunjang pada paragraf di atas benar-benar mendukung gagasan utama. Dengan perkataan lain, unsur-unsur penunjang paragraf tersebut membentuk eksatuan ide (unity).

b.      Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan (Keraf, 1980:75).
Kepaduan bergantung dari penyusunan detil-detil dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antar bgaian-bagian tersebut. Jika sebuah paragraf tidak memliki kepaduan, maka pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu kelompok kalimat yang masing-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral.
Pendeknya sebuah paragraf ang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengn loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian yang tidak logis dan tidak lagi berorientasi kepada pokok utama tadi.
Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat ketiga, demikian seterusnya. Koherensi suatu paragraf dapat ditunjukkan oleh:
·         Pengulangan kata/kelompok kata kunci atau disebut repetisi
·         Penggantian kata/kelompok kata atau subtitusi
·         Pengulangan kata/kelompok kata atau transisi
·         Hubungan implisit atau penghilangan kata/kelompok kata tertentu atau ellipsis
Berikut ini dikemukakan kata-kata atau frase transisi, seperti dikemukakan oleh Keraf (1980:80-81).
·         Hubungan yang menyatakan tambah terhadap sesuatu yang telah disebut, misalnya: lebih lagi, tambahan, lagi pula, selanjutnya, di damping itu, akhirnya, dan sebagainya.
·         Hubungan yang menyatakan pertentangan, misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun juga, sebaliknya, walaupun, demikian, biarpun, meskipun.
·         Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana.
·         Hubungan yang menyatakan akibat, misalnya; sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, maka, akibatnya, karena itu.
·         Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: untuk maksud itu, untuk maksud tertentu, untuk maksud tersebut, supaya.
·         Hubungan yang menyatakan singkatan, misalnya contoh intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, dengan kata lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.
·         Hubungan yang menyatkn waktu, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian.
·         Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan.
Contoh paragraf menggunakan transisi yang benar.
Perkuliahan bahasa Indonesia sering dapat membosankan, sehingga tidak dapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan bahwa kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di samping itu mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari bahasa Indonesia selama dua belas tahun, merasa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar.
Perhatikan kata atau frase transisi yang digunakan (digarisbawahi) menatakan hubungan kalimat. Tanpa menggunakan frase transisi ini tulisan di atas akan terpotong-potong dan hubungan antar kalimat tidak jelas.

c.       Kejelasan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oelh sejumlah kalimat penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu pada unsur-unsur paragraf. Kalimat-kalimat penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas (detil-detil penunjang) dapat dilihat dari urutan rinciannya. Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khusus-umum, urutan ruang (spasial), urutan proses, contoh-contoh dan dnegan detail fakta.

d.      Urutan (orderly)
Urutan ini berhubungan dengan kalimat-kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki urut-urutan ide secara logis. Syarat ini mirip dengan kepaduan. Hanya saja, untuk urutan, kalimat yang membangun paragraf hendaknya memiliki keruntunan.



2.6   Jenis-Jenis Paragraf
a.       Berdasarkan coraknya:
·         Eksposisi
Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan untuk memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya pun pembaca perlu melakukan proses berpikir dan melibatkan pengetahuan.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
a)      Memaparkan definisi dan memaparkan langkah-langkah, metode atau melaksanakan suatu tindakan.
b)      Gaya penulisannya bersifat imformatif.
c)       Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indra.
d)      Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana.
Contoh Paragraf Eksposisi:
Sejak zaman dahulu, nenek moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta manfaatnya bagi manusia. Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur rambut, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memilikii ciri fisik sebagai berikut: daun berbentuk panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal, dan berwarna hijau. Daunnya mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun lidah buaya sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang mengetahui bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan. Menariknya, komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur rambut, tapi juga sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang terbuat dari daun lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner sepert: kerupuk dan jelly lidah buaya.
Paragraf eksposisi terbagi dalam beberapa jenis yaitu:
a)      Eksposisi Definisi, batasan pengertian topik dengan menfokuskan pada karakteristik topik itu sendiri.
Contoh paragraf eksposisi definisi:
Ceplukan adalah tumbuhan semak liar yang biasanya tumbuh di tanah-tanah kosong yang tidak terlalu becek dan hanya bisa ditemukan pada saat musim penghujan. Tumbuhan ini memiliki tinggi antara 30-50 Cm, dengan ciri fisiknya ialah memiliki batang yang berwarna hijau kekuningan, buahnya berbentuk bulat dan berwarna kuning. Daging buah ceplukan yang tidak hanya terasa manis, ternyata juga mengandung beberapa khasiat penting untuk menyembuhkan penyakit seperti influenza, sakit paru-paru, kencing manis, dan beberapa penyakit lain. Meski memiliki beberapa khasiat penting, keberadaan tumbuhan ini sering disepelekan karena diangggap sebagai tumbuhan liar yang sama tidak pentingnya dengan tumbuhan liar yang lain.
b)      Eksposisi Klasifikasi ialah paragraf yang membagi sesuatu dan mengelompokkannya ke dalam kategori-kategori.
Contoh paragraf eksposisi klasifikasi:
Sistem penamaan jenis-jenis kritik sastra bervariasi, tergantung pada pendekatan yang digunakan. Pendekatan moral menekankan pada pertalian karya sastra dengan wawasan moral dan agama. Pendekatan historis, bekerja atas dasar lingkungan karya sastra yang berkaitan dengan fakta-fakta dari zaman dan hidup pengarang. Pendekatan impresionistik menjadi ciri khas aliran sastra romantik, menekankan pada efek personil karya sastra pada kritikusnya.
c)       Eksposisi Proses, paragraf jenis ini sering ditemukan pada buku-buku petunjuk pembuatan, penggunaan, atau cara-cara tertentu.
Contoh paragraf eksposisi proses:
Lemon dan jeruk nipis ternyata memiliki khasiat sebagai penghilang jerawat. Kedua buah ini mengandung citric acid yang sangat kaya dan sangat baik untuk memindahkan sel-sel kulit mati yang bisa menjadi penyebab jerawat. Cara menggunakannya ialah dengan mencampurkan perasan lemon atau jeruk nipis dengan air mawar, kemudian oleskan di wajah secara merata dan biarkan selama 10-15 menit. Setelah itu bilas wajah dengan air hangat. Penerapan yang dilakukan secara rutin dan konsisten selama 15 hari akan memberikan hasil yang maksimal.
d)      Eksposisi Ilustrasi (contoh), pengembangannya menggunakan gambaran sederhana atau bentuk konkret dari suatu ide. Mengilustrasikan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan sifat. Biasanya menggunakan frase penghubung "seperti" dan "bagaikan."
Contoh paragraf eksposisi ilustrasi (contoh):
Sebenarnya, kondisi ekonomi kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek. Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan, misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
e)      Eksposisi Pertentangan, berisi pertentangan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Frase penghubung yang digunakan adalah "akan tetapi", "meskipun begitu", "sebaliknya".
Contoh paragraf eksposisi pertentangan:
Orang yang gemar bersepeda, pada umumnya ialah orang-orang yang suka pada alam. Sebaliknya, orang yang tak pernah bersepeda kebanyakan orang kota yang ke mana-mana terbiasa naik mobil nyaman. Mereka akan menggerutu jika menemui jalan sempit di desa-desa.
f)       Eksposisi Berita ialah paragraf yang berisi pemberitaan mengenai suatu kejadian. Jenis ini banyak ditemukan pada surat kabar
Contoh paragraf eksposisi berita:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
g)      Eksposisi Perbandingan, dalam hal ini penulis mencoba menerangkan ide dalam kalimat utama dengan cara membandingkannya dengan hal lain.
Contoh paragraf eksposisi perbandingan:
Tinju bukanlah jenis olah raga yang banyak peminatnya, yang banyak adalah penggemarnya. Berbeda dengan olah raga jalan kaki, peminatnya banyak, penggemarnya sedikit. Karena, tidak ada orang yang menonton orang lain berjalan kaki.
h)      Eksposisi Analisis, proses memisah-misahkan suatu masalah dari suatu gagasan utama menjadi beberapa subbagian, kemudian masing-masing subbagian dikembangkan secara berurutan.
Contoh paragraf eksposisi analisis:
Beragam teori dikemukakan untuk menemukan latar belakang kematian Merilyn Monroe. Ada yang berpendapat dia diancam oleh mafia. Seorang detektif memperkirakan, Merilyn memiliki hubungan dengan J.F. Kennedy. Dia dibunuh untuk menutupi kejadian yang dapat merusak nama baik tokoh penting AS tersebut …
·         Argumentasi
Paragraf Agumentasi ialah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi). Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah benar dan terbukti.
Ciri-ciri paragraf argumentasi, yaitu:
a)      Menjelaskan suatu pendapat agar pembaca yakin.
b)      Memerlukan fakta untuk membuktikan pendapatnya biasanya beruapa gambar/grafik, dll.
c)       Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman dan penelitian.
d)      Penutup berisi kesimpulan.
Jenis-jenis paragraf argumentasi:
a)      Pola Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya.
Contoh Pola Analogi:
Sifat manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
b)      Pola Generalisasi (pola umum) adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
Contoh Pola Generalisasi:
Setelah karangan anak-anak kelas 8 diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan mendapat nilai 8. Anak-anak yang lainmendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak seorang punmendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 8 cukup pandaimengarang.
c)       Pola Hubungan Sebab Akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Contoh Pola Hubungan Sebab Akibat:
Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagai penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa initidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dankurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
·         Deskripsi
Paragraf Deskripsi ialah paragraf yang menggambarkan suatu objek dengan kata-kata yang mampu merangsang indra pembaca. Artinya penulis ingin membuat pembaca melihat, mendengar maupun merasakan apa yang sedang mereka baca dari paragraf tersebut.
Contoh Paragraf Deskriptif:
Masih melekat di mataku, pemandangan indah nan elok pantai Swarangan. Gelombang ombak yang tidak terlalu besar datang bergulung silih berganti menyambut siapapun yang datang seakan ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang terhampar luas tanpa ada karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Sejauh mata memandang yang kulihat hanya laut yang terbentang luas dan biru. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena ombak yang terus-menerus menghempas kakiku dan terasa asin ketika air laut itu menyentuh bibirku karena percikannya. Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta keluarga dan teman-teman mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk menikmati keindahan pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat beberapa wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air, atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Meskipun tak seramai dengan pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun internasional pantai ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.
Ciri-ciri paragraf deskriptif ialah:
·         Menggambarkan atau melukiskan suatu benda, tempat, atau suasana tertentu.
·         Penggambaran dilakukan dengan melibatkan panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, dan perabaan).
·         Bertujuan agar pembaca seolah-olah melihat atau merasakan sendiri objek yang dideskripsikan.
·         Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu objek secara terperinci.
Didalam paragraf deskriptif terdapat pola pengembangan paragraf, yaitu:
a)      Pola Spasial
b)      Pola Sudut Pandang
c)       Pola sudut pandang adalah pola pengembangan yang berdasarkan pada posisi penulis saat menggambarkan suatu objek. Pola sudut pandang terbagi lagi menjadi 2 pola yaitu:
1.             Pola Subjektif ialah pola yang menggambarkan objek sesuai penafsiran dengan disertai kesan atau opini dari penulis.
2.             Pola Objektif ialah pola pengembangan paragraf deskripsi dengan cara menggambarkan objek secara apa adanya tanpa disertai opini penulis.
·         Persuasi
Paragraf Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
Ciri-ciri paragraf persuasi, yaitu:
a)      Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
b)      Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
c)       Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui epercayaan antara penulis dengan pembaca.
d)      Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
e)      Persuasi memerlukan fakta dan data.
Contoh paragraf persuasi:
Masyarakat Hindu di Bali memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki daya tarik tersendiri untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai simbol penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan ngaben telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang sangat unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
·         Narasi
Paragraf Narasi ialah jenis paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu. Paragraf narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan paragraf narasi runtut cerita adalah paragraf yang pola pengembangannya dimulai dari urutan tindakan atau perbuatan yang menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Dalam paragraf narasi terdapat alur cerita, tikoh, setting dan konflik, paragraf narasi juga tidak memiliki kalimat utama.
Contoh paragraf narasi:
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat di leher. Mobil itu berhenti didepan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah untuk menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan tuan Hasan berlomba menyambut kedatangan nyonya Marta.
Paragraf narasi juga dapat dibedakan menurut jenis ceritanya, yaitu:
a)      Narasi Ekspositoris ialah jenis narasi yang berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa itu secara tepat.
Contoh paragraf narasi ekspositoris:
Siang itu, sabtu pekan lalu, Ramin bermain sangat bagus. Mula-mula ia menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi, mengiringi Akhmad, memepelai pria yang akan menyunting Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung Meruyung. Mereka membawakan "Mars Jalan" yang dirasa tepat untuk mengantar Akhmad, sang pengantin ....
b)      Narasi Sugestif ialah jenis narasi yang hanya mengisahkan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi karena sasaran yang ingin dicapai yaitu kesan terhadap peristiwa.
Contoh paragraf narasi sugestif:
Patih Pranggulang menghunus pedangnya. Dengan cepat ia mengayunkan pedang itu ke tubuh Tunjungsekar. tapi, aneh sebeleum menyentuh tubuh Tunjungsekar, pedang itu jatuh ke tanah. Patih Pranggulang memungut pedang itu dan membacokkan lagi ke tubuh Tunjungsekar. Tiga kali Patih Pranggulang melakukan hal itu, Akan tetapi, semuanya gagal.

b.      Macam-macam paragraf berdasarkan tujuannya
·         Paragraf pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
Dalam karangan ilmiah, paragraf pembuka dapat berupa:
·         garis besar karangan dengan menonjolkan bagian yang dipandang penting;
·         pemaparan isi dan maksud judul karangan;
·         kutipan pendapat pakar pada bidang ilmu yang bersangkutan;
·         sitiran dari suatu pendapat;
·         pembatasan objek dan subjeknya;
·         pemaparan arti penting masalah yang akan dibicarakan;
·         gabungan dari beberapa cara di atas.
Contoh :
                Jacques Cousteau lahir pada tanggal 11 Juni 1910 di St. Andre de Cubzac, Prancis. Sejak usia 4-5 tahun, ia sudah jatuh cinta pada air. Cousteau pandai berenang dan menyelam gara-gar waktu berusia 10 tahun dikirim kesekolah musim panas di Danau harvey, AS. Oarng tuanya ketika itu tinggal di sana. Seorang gurunya agak sentimaen kepadanya. Boetz sering menghukumnya membersihkan dasar danau yang penuh ranting dan pohon kering. Kalau tidak dibersihkan, anak-anak yang terjun bisa celaka. Inilah asal mulanya ia semakain pandai berenang dan menyelam.
·         Paragraf penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka.
Ada beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah paragraf isi yang dapat dijadikan pedoman, yaitu :
1)      Pola Urutan Waktu
Dalam pola urutan waktu, penulis mengungkapkan gagasan-gagasannya secara kronologis.
Contoh :
Ø  Secara Eksplisit
                Maharani Puspita Sari tidak hnaya berfikir. Ia lantas mendiskusikan dengan guru atau teman-temannya. Selanjutnya, ia pun mengadakan penelitian masalah kondisi tanah di sekitar jalan tol. Akhirnya, remaja putri itu tercatat sebagai peseta lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja 1982. dan siswa kelas II IPA SMA Regina Pacis (Bogor) itu tercatat sebagai pemanang harapan.
Ø  Secara Implisit
                Ketukan tangan kecil di daun pintu sebuah rumah di pulau Mandangin, di malam buta pertengahan Februari yang lalu membangunkan penghuninya. Seorang bocah berseru dari luar memberi tahu, saat berangkat sudah tiba. Yang dipanggil bangkit dari tidurnya, berkemas, dan turun ke pantai. Si bocah yang di pulau itu disebut kacong, berlalu kerumah lain untuk membangunkan yang lain pula, dan beberapa waktu kemudian sebuah perahu dengan 18 awak meluncur ke tengah laut. Nelayan pulau Mandangin turun mencari ikan. Besuk siang mungkin merekakembali ke darat dengan tangkapan yang lumayan, tetapi boleh jadi pula ia pulang dengan hasil yang nihil. Malam itu adalah melam mencari nafkah. Hari itu janji batas hutang yang ditumpuk sampai ratusan ribu rupiah untuk setiap orang tengah ditunaikan.
2)      Pola Runtutan Tingkat
Dalam pola urutan tingkat, penulis mengungkapkan gagasan mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi, dari kecil sampai dengan yang besar, dan sebagainya.
Contoh :
Meskipun tingkat pembangunan suatu desa berbeda dari satu desa ke desa lainnya, dari satu negara ke negara lainnya, akn tetapi ada suatu persamaan umum yang dapat diterima. Pertama, pembangunan diharapkan dapat memenuhi harapan semua penduduk ... kedua, pembangunan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dan pendapatan penduduk desa. Ketiga, dengan pembangunan desa diharapkan pendapatan penduduk dapat menjadi kekuatan penggerak utama di dalam berbagai bentuk yang positif, ... keempat, pembangunan desa diharapkan pula dapat menjamin keselamatan atau jaminan dimasa mendatang. Kelima, pembangunan desa diharapkan membuka kesempatn memajukan karir masing-masing warga desa.
3)      Pola Urutan Apresiatif
Pada pola urutan apresiatif. Penulis mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah benar, berg      una tidak berguna, dan sebagainya.
Contoh :
Pernyataan bahwa business adalah unsur dari peternakan sering ditentang oleh banyak orang. Mereka bependapat  bahwa dalam pertanian yang subsistence ataupun yang primitif beternak bukanlah suatu business tetapi, suatu cara hidup, suatu way of life. Pandangan ini bukan sering dikemukakan dengan tandas oleh banyak pejabat yang bertanggung jawab atasa produksi pertanian. Mungkin benar bahwa fungsi farming is way of life, sebab produksi dicampur aduk dengan konsumsi.,sebab usaha pertaniannya dipaterikan dengan kepuasan hidup dalam masyarakat taninya. Tetapi haruslah disadari pula pula selama tersangkut soal produksi, dan itulah business. Untuk menerangkan hal ini baiklah diteliti keadaan petani-peternak yang telah maju yang telah mengubah cara ‘primitif’ dengan cara ‘modern’. Petani-peternak terlibat dan makin lama makin terlibat dalam usaha jual dan beli. Menjual hasilnya yang berlebihan dan membeli alat-alat, serta bahan- bahan yang diperlukan untuk produksi. Bahkan dalam keadaan subsistence, petani yang maju tadi berpikir seperti pengusaha, sebagai businessmen, dan selalu bertindak secara itu.
4)      Pola Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ketempat lainnya, misalnya dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, dan sebagainya. Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan urutan berdasarkan tingkat pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting ke tempat yang penting sampai tempat yang kurang penting.
Contoh :
Sebelum perahu bertolak ketengah laut, Suhardi disibukkan oleh tugas membenahi semua perlengkapan. Kalau tempat yang dituju sudah dicapai, dan jaring telah ditebarkan, anak laki-laki sembilan tahun ini meloncat ke air bersama sepotong bambu sepanjang tiga meter sebagai pelampung. Dia harus mencebur ke air waktu malam hari sekali pun. Tugasnya saat ini adalah membetulkan payang (jaring), atau menjaganya jangan tersangkut didalam air. Untuk itu, dia mengapung di laut selama satu setengah atau dua jam. Dan kembali ke perahu berbarengan dengan naiknya jaring.
5)      Pola Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama dengan pola urutan tingkat. Hanya saja, dalam pola urutan klimaks ini terkandung adanya intensitas yang semakin menaik, sedangkan dalam pola urutan tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi, dalam pola urutan klimaks, penulis mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali semakin meningkat intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling intens.
Contoh :
Dalam film terlihat seekor kera yang semula lincah akhirnya lumpuh, dan buta setelah dicekoki obat mencret Entro Vioform, 6 butir setiap hari selama 2 minggu. Hadirin menarik nafas. Tetapi suasana menekan perasaan justru tambah menjadi-jadi setelah film berakhir, dan lampu dinyalakan diruang Press Club.
6)      Pola Urutan Antikimaks
Pola urutan antiklimaks ini merupakan kebalikan dari pola urutan klimaks. Jadi, pola urutan antiklimaks ini berangkat dari suatu yang paling intens menuju ke yang intens sampai ke yang kurang intens. Dalam cerita rekaan (novel, cerpen, drama), klimaks dan antiklimaks, dan setelah sampai pada puncaknya menuju ke antiklimaksnya yang berupa penyelesaian.
7)      Pola Urutan Khusus Umum
Dalam pola urutan khusus ke umum ini, penulis mula-mula mengungkapkankan gagasan-gagasan suatu hal yang khusus, kemudian diungkapkan keumuman atau rampatan generalisasinya.
Contoh :
            Manusia adalah makhluk yang sedikit empedunya, dan panjang umurnya. Kuda juga sedikit empedunya. Demikian juga keledai, dan binatang-binatang lainnya yang serupa itu. Jadi, semua makhluk yang sedikit empedunya berumur panjang.
8)      Pola Urutan Sebab – Akibat
Dalam pola urutan ini, penulis mengungkapkan gagasannya bertolak dari suatu akibat atau efek terdekat dari pernyataan itu.
Contoh :
            Kalau kemarau tengah berlangsung, sinar matahari terasa menyengat di Pulau Kambing. Selama empat bulan semua tumbuh-tumbuhan di pulau itu merangas. Angin meniup daun-daunnya yang kering hingga rontok ke bumi. Dari kejauhan yang kelihatan hanya rumah penduduk. Pada saat itu, orang berpunya yang mampu membuat bak mandi dari semen mungkin masih menyimpan persediaan air hujan. Beberapa penduduk datang ke sana sebagai pembeli. Lima ratus empat puluh tiga sumur yang ada disana mengeluarkan air yang asinnya persis seperti air laut. Air itu tak dapat diminum, ataupun digunakan untuk menanak nasi.
9)      Pola Urutan Tanya - Jawab
Dalam pola urutan tanya- jawab ini, penulis mula-mula mengemukakan gagasannya dalam bentuk pertanyaan, kemudian diikuti dengan jawaban pertanyaan itu.
Contoh :
            Apa saja yang penting untuk diperhatikan oleh seorang pemimpin diskusi  agar diskusinya dapat mencapai sasaran? Sesorang pemimpin diskusi hendaknya tidak mendominasi jalannya diskusi. Dia bertanggung jawab mengatur agar diskusi berjalan lancar menurut arah yang dikenhendakai pokok persoalan bersama, dan harus menstimulir anggota diskusi untuk berpartisipasi, serta menjuruskan kearah pemikiran. Dia pun harus mencegahadanya monopoli pembicaraan oleh seorang peserta saja, dan kalau ada salah paham atau perbedaan pendapat harus mengusahakan penyelesaiannya. Pada akhir diskusi, pemimpin diskusi harus membuat ringkasan, kesimpulan atau hasil diskusi.
·         Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.
Contoh alinea penutup yang berupa kesimpulan :
Media cetak tergolong tertua kehadirannya di Indonesia dibandingkan  dengan jenis media lainya (radio, film, dan tv), seorang pembaca surat biasanya adalah pendengar radio,dan penonton tv. Dengan demikian, media cetak mempunyai  peranan yang yang khas dalam penyampaian informasi. Bukan saja untuk menghidupkan tradisi menulis, dan minat baca masyarakat, tetapi ia metupakan bagian terpenting dalam penciptaan suasana kemasyarakatan yang dinamis, dan harmonis dari keseluruhan sistem media komunikasi modern, baik diaderah pedesaan, dan terlebih-lebih lagi di daerah perkotaan.
Contoh alinea penutup yang berupa ringkasan :
Beberapa hal yang dapat diringkaskan dari pengamatan  di atas. Pertama, terdapat gejala rendahnya mutu murid SD di seluruh Indonesia,yaitu murid SD tidak hanya mampu mencapai 50 % standar pengetahuan yang diharapkan dapat dicapai oleh mereka. Kedua, daerah-daerah dengan mutu murid SD yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional terletak di Indonesia bagian barat. Ketiga, ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang paling parah diderita oleh semua murid SD, sedang matematika mrupakan ilmu pengetahuan yang paling kaut mereka miliki. Keempat, rendahnya mutu murid SD terjadi dalam jumlah murid yang naik dengan deras.
Contoh alinea penutup yang berupa penekanan kembali hal-hal yang penting :
Harus diakui bahwa ketegasan di dalam menghadapi dan memecahkan secara tepat persoalan yang menyangkut Pancasila itu merupakan faktor penting yang memungkinkan terwujudnya stabilitas dan pembangunan nasional. Kejadian sejarah yang penuh ujian bagi Pancasila kiranya akan membawa bangsa ini kedalam tataran yang lebih dalam, dan lebih penting yaitu pengalaman, dan penghayatan Pancasila secara lebih mantap lagi. Sesudah stabilitas nasional dapat diwujudkan, dan di dalam dasar itu eksistensi bangsa dan negara ini mempunyai landasan yang sangat kuat, yaitu Pancasila maksud dalam sikap dan hati nurani manusia-manusia Indonesia.
Contoh alinea penutup yang berupa saran :
Demikianlah peta bumi KMD. Jangkauan KMD sangat luas, meluputi sebagian besar rakya Indonesia. Pemerintah dalam hal ini hanya sekedar memberi dorongan pada pertumbuhan dan perkambangan pers nasional, khususnya yang terbit di daerah-daerah. Selanjutnya para penerbit pers itu sendirilah yang harus bekerja keras: menyusuri pantai,dan sungai-sungai, memasuki hutan-hutan, ngarai, dan daerah-daerah pegunungan untukmmencapai masyarakat pedesaan yang menjadi sasaran KMD.
Contoh alinea penutup yang berupa harapan :
Mudah-mudahan pedoman ini bermanfaat bagi usaha peningkatan sutau laporan hasil penelitian, dan peningkatan koefisienan, serta keefektifan pengelolaan penelitian bahasa, dan sastra. Dan untuk lebih dapat mewujudkan harapan ini, segera kritik, dan saran para pemakai buku ini akan dimanfaatkan.


c.       Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama atau pola penalarannya
·         Paragraf deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan khusus.
Contoh :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.
·         Paragraf induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum.
Contoh :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya. Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif dan efisien.
·         Paragraf campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir paragraf. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan kembali.
Contoh :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.
d.      Macam-macam paragraf berdasarkan isi
·         Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.
·         Paragraf proses
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.
·         Paragraf efektif
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.

2.7   Pengembangan paragraf.
·         Model pengembangan paragraf
Sebuah paragraf dikembangkan menurut sifatnya dan tidak selalu denagn satu pola, melainkan dapat dengan dua pola atau lebih. Informasi yang ingin dikembangkan dapat saja denagn menggunakan pola sebab-akibat sekaligus dengan pola pertentangan. Pola kronologi dan ilustrasi umumnya banyak digunakan oleh penulis untuk mengembangkan gagasannya. Pola-pola lainnya digunakan menurut kebutuhan dan selera penulis.
Dalam tulis menulis ada berbagai cara dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. Sekurang-kurangnya ada sembilan model pengembangan yang dapat ditemukan, yaitu pengembangan dengan contoh, pengembangan dengan definisi, pengembangan dengan persamaan-perbedaan, pengembangan sebab-akibat, pengembangan dengan klasifikasi-divisi, pengembangan dengan kronologi, pengembangan denagn ilustrasi, pengembangan dengan analogi, dan pengembangan dengan repitisi. Selain itu, pengembangan dengan mengombinasikan berbagai pola sekaligus juga sering dilakukan penulis. Setiap model pengembangan mempunyai karakter dan kelebihan masing-masing.
1)      Pengembangan paragraf dengan contoh
Paragraf dapat dikembangkan dengan cara memberikan contoh-contoh yang memadai terhadap apa yang telah disebutkan dalam kalimat topik. Contoh-contoh dapat diberikan baik sebelum maupun sesudah kalimat topik bergantung pada cara berpikir deduktif atau induktif.
Metode contoh dipergunakan untuk menjelaskan gagasan utama paragraf dengan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat penjelas yang berupa contoh:
a.contoh-contohspesifik,
b. contoh-contoh seperlunyauntukmenunjangsuatukesimpulan,
c. contoh yang ada hubungan langsung dengan gagasan utama paragraf.
Contoh:
Sebelas tahun yang lalu di Indonesia mengimporkan gerbong - gerbong kereta api dari Perancis. Rupanya cukup mentereng, dan sebagian dilengkapi dengan alat-alat Air Conditioning. Manakah sekarang gerbong - gerbong itu ? sudah rusak dalam keadaan tak terpelihara, patut dipakai pada trayek-trayek tingkat 3 saja guna mengangkut anak - anak sekolah dan kaum petani dari pedusunan ke kota.  Sebuah contoh sama sekali tidak berfungsi untuk membuktikan pendapat seseorang, tetapi dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis.
Teknik Contoh penggunaan contoh-contoh untuk memberi bukti terhadap generalisasi yang sifatnya umum. Contoh :
Dalam rangka mengatasi ketinggalan desa, baik dalam bidangpembangunan ataupun dalam bidang pengetahuan, berbagai usahatelah dilakukan oleh pemerintah. ABRI masuk desa (AMD) sudahlama kita kenal. Hasilnya pun lumayan, misalnya perbaikan jalan,pembuatan jembatan, pemugaran kampung. Contoh lain KKN yangdilaksanakan oleh mahasiswa. Hasil-hasil yang positif telah pundinikmati oleh desa yang bersangkutan, misalnya : peningkatanpengetahuan masyarakat, pemberantasan buta aksara, perbaikandalam bidang kesehatan dan gizi, dan lain-lain. Akhir-akhir suratkabar juga diusahakan masuk desa, walaupun hasilnya belumkelihatan. Barangkali perlu dipikirkan program selanjutnya misalnyabahasa nasional (bahasa Indonesia) masuk desa.
2)      Pengembangan paragraf dengan definisi
Pengembangan paragraf dengan definisi digunakan apabila seorang penulis bermaksud menjelaskan suatu istilah yang mengendung konsep yang dianggap baru bagi pembaca agar pembaca memperoleh pengertian yang jelas dan tepat mengenai hal itu. Untuk memberi batasan yang menyeluruh tentang suatu istilah, kadang-kadang penulis menguraikan panjang-lebar dalam beberapa kalimat sekaligus, bahkan dapat mencapai beberapa paragraf.
Dalam hal ini, pengembangan paragraf dengan definisi yang baik sangat berkaitan dengan cara membuat definisi yang baik. Definisi formal yang baik meletakkan kata yang didefinisikan dalam kelompok itu. Perhatikan definisi berikut ini:
Ayam adalah unggas yang bersayap pendek sehingga umumnya tidak dapat terbang jauh.
Kata unggas adalah kelas dari ayam. Antara ayam dan anggota kelompok unggas yang lain, seperti burung, entok, dan angsa dibedakan oleh ciri bersayap pendek sehingga umumnya tidak dapat terbang jauh.
Selain dapat digunakan untuk menjelaskan istilah yang akan dibahas di dalam paragraf itu, cara pengembangan paragraf ini juga tepat untuk memberikan dasar pengertian terhadap hal yang akan dibahas. Bagaimanapun harus diakui bahwa sebuah istilah tidak cukup hanya dijelaskan dalam bentuk definisi, terutama untuk hal yang abstrak. Istilah frustrasi dimasukkan dalam kelompok kelas perasaan orang kemudian ditunjukkan perbedaannya dengan perasaan-perasaan lain dengan memperhatikan penyebab timbulnya perasaan itu. Dalam bentuk yang lebih luas, yaitu paragraf, batasan kata frustrasi itu dapat lebih diperjelas menjadi sebagai berikut.
Frustrasi adalah perasaan seseorang akibat tidak dapat mencapai apa yang diharapkan atau diinginkan. Ketika seorang pemuda tidak dapat merebut hati gadis yang amat dicintainya, atau ketika seorang petani yang sudah menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk menanam padi, tetapi tidak panen sama sekali, dapat merasa frustrasi. Dengan kata lain, frustrasi pada dasarnya adalah perasaan kecewa seseorang karena tidak berhasil memperoleh apa yang dinginkan.
3)      Pengembangan paragraf dengan pembandingan-pengontrasan
Pembuatan paragraf dengan pola ini biasanya membandingkan dua hal yang diantara keduanya memiliki persamaan ciri. Pada prinsipnya, walaupun terdapat persamaan ciri tetap ditemukan perbedaan hal-hal yang diperbandingkan. Urutan penyajian, yaitu menentukan mana yang terlebih dahulu, persamaannya dahulu atau perbedaannya dahulu. Perhatikan contoh paragraf berikut.
Anak yang cerdas tidak hanya mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan yang dihadapi oleh anak-anak seusianya, tetapi juga masalah yang biasanya hanya bisa dipecahkan oleh anak-anak yang jauh lebih tua. Anak seperti itu disebut lebih tinggi umur mentalnya dari pada umur kronologisnya (umur menurut kalender). Sebaliknya, untuk seorang anak yang bodoh, dengan kemampuan di bawah rata-rata, tentu tidak akan mampu menangani permasalahan yang umumnya dapat ditangani oleh anak-anak seusianya. Ia di sebut lebih rendah umur mentalnya daripada umur kronologisnya.
4)      Pengembangan paragraf dengan sebab akibat
Dalam pengembangan ini, hubungan kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf berbentuk sebab-akibat. Suatu paragraf mungkin berisi satu sebab dengan banyak akibat, atau sebaliknya berisi satu akibat yang banyak sebab. Jika akibat dijadikan sebagai gagasan utama, perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai rinciannya. Berikut beberapa contoh paragraf sebab-akibat.
Keberadaan industri komponen di dalam negeri masih berada dalam kondisi rapuh sehingga sulit diharapkan untuk dapat mendukung keberadaan industri otomotif. Akibatnya, industri otomotif nasional hingga kini masih tinggi tingkat ketergantungannya kepada komponen impor. Tingkat ketergantungan yang masih tinggi itu berakibat pada masih tingginya harga otomotif di tanah air.
5)      Pengembangan paragraf dengan klasifikasi divisi
Kalimat topic dapat berupa pengelompokan beberapa maujud, dapat pula berupa pemecahan sesuatu atas bagian-bagian atau unsure-unsurnya.
Dalam kalimat atas dasar apa yang dimakannya, hewan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu carnivore dan herbivore kita berpikir secara klasifikatif. Sebaliknya, dalam kalimat  vitamin C dapat diperoleh dari jeruk, tomat, dan mangga kita berpikir secara divisionis. Denga kata lain, klasifikasi berkaitan dengan upaya mencari kelompok besar yang mencakup objek yang dibicarakan, sedangkan divisi berkaitan dengan upaya mencari kelompok kecil sebagian objek yang dapat diambil. 
Baik dengan pengelompokkan (klasifikasi) maupun pemecahan (divisi), penulis harus mempunyai criteria klasifikasi dan divisi berkaitan dengan upaya mengembangkan paragraph ini.
·         Contoh paragraph dikembangkan dengan cara klasifikasi adalah sebagai berikut.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang tersedia di pasar Indonesia dapat dibagi tiga kelompok. Ketiga kelompok tersebut adalah mereka yang berpendidikan dasar (SD dan SMP), yang berpendidikan menengah, dan yang berpendidikan tinggi. Kelompok yang berpendidikan rendah lebih banyak daripada kelompok yang berpendidikan menengah atau tinggi.


·         Contoh paragraph dikembangkan dengan pola divisi.
Beberapa pengungsi dari Timtim pascajajak pendapat itu ternyata bukan hanya berasal suku Timor saja. Di antaranya ada orang-orang Jawa, orang Bali, orang NTT, dan orang dari daerah lain meskipun jumlahnya amat kecil.
6)      Pengembangan paragraf dengan kronologi
Pengembangan paragraph secara kronologis pada umumnya dipakai dalam paragraph kisahaan dengan mengembangkan setiap bagian dalam proses. Pengembangan itu dilakukan dengan memerikan suatu peristiwa, membuat atau melakukan sesuatu secara berurutan, selangkah demi selangkah, secara kronologis. Pengembangan dengan cara ini sangat membantu pembaca untuk memahami jalinan cerita yang dipaparkan penulis. Pembaca dengan mudah dapat menangkap atau memahami apa yang dimaksud penulis.            
Seperangkat kata dapat digunakan sebagai penanda urutan waktu itu, seperti pertama-tama, mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, dan akhirnya. Perhatikan contoh berikut.
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Bagas mulai terjun dalam dunia kehumasan. Ia, saat itu, telah menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang manajemen dari Universitas Indonesia di Jakarta dan menduduki posisi asisten humas di Hotel Sahid Jaya, Jakarta. Setelah bekerja selama dua tahun, Bagas melanjutkan sekolahnya di Australia National University di Melbourne, Autralia sambil menjadi karyawan di kantor perwakilan agen perjalanan wisata milik Sahid di sana. Dalam waktu yang relative singkat, dua tahun, ia mampu menyelesaikan studinya dan meraih gelar Master of Science dalam bidang pemasaran. Kemudian, ia kembali ke Jakarta dan mendapat kesempatan menduduki posisi manajer hubungan masyarakat di Hotel Sahid Jaya. Kini, seiring dengan pengalaman yang dimilikinya, Bagas telah menduduki jabatan sebagai direktur hubungan masyarakat sebuah hotel berbintang lima, Shangri-La yang terletak di kawasan Jakarta Pusat.
Dengan pengembangan paragraf seperti itu penulis memaparkan suatu keadaan atau proses setahap demi setahap berdasarkan urutan waktu.
Jika kita perhatikan contoh paragraf pertama di atas, penulis ingin memaparkan perjalanan hidup seorang tokoh yang bernama Bagas. Peristiwa yang dahulukan oleh si penulis adalah saat Bagas mulai terjun dalam bidang kehumasan setamat dari kuliah. Penulis meneruskan paparannya hingga tokoh yang diceritakan meraih sukses sebagai direktur hubungan masyarakat sebuah hotel berbintang lima.
7)      Pengembangan paragraf dengan ilustrasi
Pengembangan paragraf dengan ilustrasi digunakan dalam paragraf paparan (ekspositoris) untuk menyajikan suatu gambaran umum atau khusus tentang suatu prinsip atau konsep yang dianggap belum dipahami oleh pembaca. Pengembangan paragraf ini biasa digunakan oleh penulis yang ingin memaparkan sesuatu yang dilihatnya. 
Pemaparan disajikan mengikuti kesan demi kesan yang ditangkap oleh indera penglihatannya. Dengan mengambil titik tolak pada posisi tertentu, pemaparan dimulai secara beruntun dari benda yang terdekat ke benda yang lebih jauh/dalam letaknya, dari suatu ruang ke ruang lainnya. Kesinambungan antarbagian yang dipaparkan harus terjaga agar isi paragraf dapat dipahami dan diikuti oleh pembaca. Pada pengilustrasian itu, penulis dapat menggunakan kata-kata seperti di sebelah kiri, sedikit di atasnya, menjoorok sedalam satu meter, dan memebnetuk sudut 45 derajat.
Waktu pertama kali bertemu dengan Chairil Anwar, orang akan menyangka dia orang Indo. Rambutnya yang kepirang-pirangan selalu jatuh membuyar ke pelipis kanan dan selalu dibenahinya cepat ke belakang dengan gerak yang cepat dan gesit. Putih matanya selalu kemerah-merahan, dihidupi oleh biji mata coklat muda bening, selalu sayup melihat arah kejauhan, tapi juga selalu gesit dan cemerlang, disertai gerak-gerik kenakalan. Tidak sejenak pun dia dapat diam, semua pada dirinya bergerak: kata-katanya, matanya, jarinya, selalu dan kehadirannya. Kehadirannya membawa suasana dianamis, gesit dan gerak. (Hari-Hari Akhir Si Penyair)
Sumatra adalah pulau yang terletak di sebelah barat wilayah Indonesia. Pulau ini membujur dari barat laut (Provinsi Aceh) sampai ke tenggara (Provinsi Lampung) sepanjang lebih kurang 2.600 km. Di punggung pulau ini terdapat deretan pegunungan dengan puncak-puncaknya yang tinggi dan berjenjang lebih kurang 1.650 km dan lebar 110 km, yang terkenal dengan nama Bukit Barisan. Kawasan barat pulau ini tanahnya amat subur dan kaya akan tambang, seperti batu bara, biji nikel, dan emas. Sepanjang bagian timur sebagain besar berupa dataran rendah dan rawa-rawa. Daerah ini kaya akan sumber minyak.
Dengan cara ini pembaca diharapkan dengan mudah smenangkap konsep yang dimaksudkan oleh penulis. Pembaca seolah-olahdibawa ke alam nyata, kesituasi yang sebenarnya.
8)      Pengembangan paragraf dengan analogi
Pengembangan paragraf dengan cara ini diberikan contoh gambaran yang berbeda, tetapi mempunyai kesamaan, baik dalam hal bentuk maupun fungsi. Pengembangan ini biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah dikenal dengan yang belum dikenal. Tujuannya adalah untuk menjelaskan yang kurang dikenal, seperti yang tampak pada contoh berikut.
Di usianya yang ke-32, karier pesepakbola Juergen Klinsmann malah semakin bersinar. Banyak klub ternama dunia yang berebut untuk mendapatkan pemain berambut pirang ini. Hal itu tidak mengherankan mengingat ia adalah pemain yang keterampilannya di atas rata-rata. Seperti layaknya seekor kijang atau kancil, yang mempunyai bentuk tubuh ramping, cekatan untuk berkelit, lincah gerakannya, larinya kencang sehingga sulit untuk ditangkap, cerdik sekaligus licik, demikianlah sosok Klinsmann. Klinsi, demikian ia dijuluki, memang dikenal sebagai pemain yangs ering berpura-pura terjatuh dan kesakitan di daerah kotak penalti lawan untuk mengelabui wasit sehingga dengan itu wasit akan menghadiahi tendangan penalti baginya. Tahun depan, kapten kesebelasan tim nasional Jerman ini akan meninggalkan klub Bayern Munchen dan akan bergabung dengan klub Sampdoria, Italia.
Pengembangan paragraf dengan menganalogikan sesuatu dengan benda yang diketahui oleh umum dapat mempermudah  pembaca membayangkan objek yang dilukiskan itu. Pada contoh di atas penulis berusaha melukiskan seorang tokoh melalui analogi. Tokoh Klinsmann yang cerdik dan gesit disamakan dengan tokoh kijang. Kijang sebagai binatang yang cerdik dan gesit sudah diketahui oleh masyarakat sehingga penganalogian ini membantu menanamkan kesan terhadap tokoh yang dilukiskan itu.
9)      Pengembangan paragraf dengan repitisi
Pengembangan paragraf dengan pengulangan sering di­gunakan untuk mengingatkan kembali pada pokok gagasan dan menguatkan pokok bahasannya. Pokok bahasan yang dikemukakan pada awal paragraf diulangi pada akhir paragraf sebagai kesimpulan. Jadi, jika kata atau gugus kata pada sebuah kalimat diulang pada kalimat berikutnya, pembaca diingatkan kepada informasi yang pernah dibacanya.
Dalam  pengembangan paragraf secara repetisi ini, sebuah pokok bahasan ditampilkan secara berulang pada kalimat berikutnya. Cara pengembangan dengan pengulangan ini juga dapat dimaksudkan untuk menekankan pokok persoalan atau pokok bahasan dalam paragraf itu.
Perulangan adalah penyebutan kembali suatu unit lek­sikal yang sama yang telah disebut sebelumnya (Halliday dan Hasan, 1989:81). Perulangan dapat berupa perulangan kata, frasa, atau klausa. Di samping itu terdapat juga perulangan sebagian dan perulangan seluruhnya. Dalam perulangan itu, kemungkinan yang diulang adalah nomina atau verba, atau kategori kata lainnya.
Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama. Manusia memerlukan udara segar dan air  yang bersih. Manusia juga memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua itu telah tersedia di bumi kita yang kaya ini. Namun, mengapa semua itu sekarang sulit kita dapatkan? (Yd/SD/3/2004/33)
10)   Pengembangan Paragraf dengan Kombinasi
                                Dalam  pengembangn paragraf secara repetisi ini, sebuah pokok bahasan ditampilkan secara berulang pada kalimat berikutnya. Cara pengembangan dengan pengulangan ini juga dapat dimaksudkan untuk menekankan pokok persoalan atau pokok bahasan dalam paragraf itu.
                                Perulangan adalah penyebutan kembali suatu unit lek­sikal yang sama yang telah disebut sebelumnya (Halliday dan Hasan, 1989:81). Perulangan dapat berupa perulangan kata, frasa, atau klausa. Di samping itu terdapat juga perulangan sebagian dan perulangan seluruhnya. Dalam perulangan itu, kemungkinan yang diulang adalah nomina atau verba, atau kategori kata lainnya.
                                Di seluruh dunia, manusia memerlukan kebutuhan yang sama. Manusia memerlukan udara segar dan air  yang bersih. Manusia juga memerlukan tanah yang sehat dan aman untuk bercocok tanam. Semua itu telah tersedia di bumi kita yang kaya ini. Namun, mengapa semua itu sekarang sulit kita dapatkan? (Yd/SD/3/2004/33)
11)   Pengembangan Paragraf dengan Kombinasi
                Pengembangan paragraf juga dapat dilakukan dengan mengom­binasikan beberapa metode pengembangan. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan memadukan repetisi, terutama repetisi kata-kata kunci atau kata ganti dengan analogi. Pengembangan paragraf dengan kombinasi ini paling sering digunakan oleh penulis untuk menuangkan gagasan-gagasannya. Cara pengembangan ini memang paling mudah dilakukan.
Aku pernah mengalami peristiwa banjir di lingkunganku. Peristiwa itu terjadi setahun yang lalu. Hari itu aku bersiap-siap ke sekolah. Namun, hujan belum juga reda. Hujan sudah turun sejak kemarin sore tanpa henti. Itu hujan terlama setelah kemarau panjang. Sudah dua minggu hujan selalu turun setiap hari, tetapi tidak sederas dan selama malam itu. Aku segan untuk berangkat. Namun, ayah dan ibu sudah bersiap-siap ke kantor. Ayah akan mengan­tarkanku terlebih dahulu. (Yd/SD/3/2004/59)Pada contoh di atas, pengembangan paragraf dilakukan melalui kombinasi. Pada contoh itu pengembangan dilakukan dengan cara pemanfaatan kata ganti takrif itu pada peristiwa itu yang mengacu pada peristiwa banjir di lingkunganku. Pemakaian kata ganti takrif itu dikombinasi dengan penggunaan konjungsi adversatif yang menyatakan makna perlawanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar