Rabu, 12 Februari 2014

Kalimat

KALIMAT
2.1       Pengertian Kalimat
Kalimat mengandung dua pengertian. Ada yang disebut dengan kalimat “Lisan” dan ada yang disebut dengan kalimat “Tertulis”. Tergantung cara penggunaannya masing-masing dan disini kita akan membahas bagaimana tata cara penggunaan kalimat lisan maupun tertulis tersebut. Kalimat lisan merupakan wujud primer dari bahasa sedangkan kalimat tertulis merupakan derivasi dari wujud primer tersebut yang tentu saja tidak mampu mencerminkan keseluruhan wujudnya. Namun sebelumnya kita harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan kalimat itu sendiri.
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

2.2       Struktur Kalimat (Unsur Kalimat)
Struktur kalimat terdiri atas empat unsur yang saling berkaitan satu sama lain yaitu:
Subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Keempatnya membentuk satu-kestuan yang utuh dan saling melengkapi berikut penjelasanya:


a.              Subjek
- Merupakan bagian kalimat yang menunjukan pelaku utama atau topic yang menjadi permasalahan utama.
- Subjek digunakan untuk menjelaskan “apa” dan “siapa”.
- Subjek juga biasanya merujuk pada kata benda /frasa(konkret/abstrak)
Contoh: Ayahku sedang melukis.
                 S
Penjelasan: disini bisa kita ketahui bahwa “ayah” adalah subjeknya yang menjadi pelaku utama atau topik utama dalam kalimat ini.
b.             Predikat
- Predikat merupakan bagian yang menjelaskan kegiatan atau tindakan atau keadaan yang sedang dialami atau dilaksanakan oleh subjek.
- Berbentuk kata/frasa
- Berfungsi untuk menjelaskan:mengapa,bagaimana,diapakan,sedang apa.
Contoh: Adik menangis
                S            P
Penjelasan: predikat menjelaskan kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh adik yaitu sedang menangis dan menangis menjadi sebuah predikat didalam kalimat tersebut.
c.              Objek
Objek dibagi kedalam 3 jenis dilambangkan dengan:
Berfungsi untuk menerangkan objek yang langsung dijumpai pada kalimat langsung transitif.
Rumusnya : S + P + O¹
Contoh kalimatnya : Saya menanam pohon.
                                    S          P              O¹
Berfungsi untuk menjelaskan objek yang terkandung didalam kalimat pasif.
Rumusnya sama seperti bentuk kalimat terstuktur lainya yaitu : S + P + O²
hanya saja untuk penggunaan objeknya menggunakan O² yaitu objek yang diletakan dikalimat pasif disebut O².
Contoh kalimatnya: Saya dimarahi dosen
                                   S           p           O²
•O³ yaitu objek yang diletakan pada kalimat tidak langsung.
Dapat diletakan pada kalimat aktif maupun kalimat pasif.
Dapat dijadikan sebagai pelengkap O¹ maupun O².
Rumusnya : S + P + O³ + O¹/ O².
 Contoh kalimatnya: Aming memberikan Nabila mobil.
                                      S              P               O³       O¹

Dari paparan penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa bentuk dari struktur kalimat umumnya hamper sama pada setiap kalimat dengan pola dasar S+P+O yang selalu terkandung disetiap kalimat.
d.             Pelengkap/Keterangan
- Bagian kalimat yang berfungsi untuk melengkapi predikat.
- Biasanya berjenis kata/frasa nomina/frasa adjektiva/dan frasa verba.
Rumus: S + P + O + K
Mega bermain piano diruang keluarga
S              P         O             K

Antara objek dengan pelengkap memiliki persamaan konstruksi namun untuk membedakan antara keduanya perlu kita ketahui objek selalu wajib hadir didalam suatu kalimat sedangkan pelengkap tidak selalu hadir didalam kalimat.

2.3       Peran Semantis Unsur Kalimat
Cakupan semantis keterangan lebih luas, yaitu mewakili unsur kalimat atau seluruh kalimat. Keterangan ada yang menyatakan alat, tempat, cara, waktu, kesertaan, atau tujuan. Perhatikan contoh berikut:
·           Dia memotong kue itu dengan garpu.
·           Kami tinggal di Jatinegara.
·           Mereka masuk diam-diam.
·           Beliau meninggal tahun 1970.
·           Dia ke pasar dengan adiknya.
·           Saya belajar supaya lulus Sipenmaru.


Peran Semantis
Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran semantis tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut:
·           Farida menunggui adiknya.
·           Pencuri itu lari.
·           Penjahat itu mati.
·           Johan melihat kecelakaan itu.
Dari segi peran semantis, Farida pada point (a) adalah pelaku, yakni orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat itu adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada point (b) adalah pelaku, dia melakukan perbuatan lari. Akan tetapi, penjahat pada point (c) adalah bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan point (b) penjahat itu pada (c) adalah sasaran. Pada kalimat (d) Johan bukanlah pelaku ataupun sasaran. Ada suatu peristiwa, yakni kecelakaan, dan peristiwa itu menjadi rangsang yang kemudian masuk kebenak dia. Jadi, Johan di sini mengalami peristiwa tersebut. Karena itu, peran semantis Johan adalah pengalaman.
2.4       Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan penelitian oleh para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1)             KB + KK                                                            : Mahasiswa berdiskusi.
2)             KB + KS                                                             : Dosen itu ramah.
3)             KB + K.Bil                                                         : Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah.
4)             KB1 + KK + KB2                                               : Mereka menonton film.
5)             KB1 + KK + KB2 + KB3                                   : Paman mencarikan saya pekerjaan.
6)             KB1 + KB2                                                         : Rustam peneliti.
Keenam pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.


2.5       Jenis Kalimat
·                Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.         Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh : “Saya gembira sekali”, kata ayah, ”karena kamu lulus ujian”.

2.         Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

·                Berdasarkan Struktur Gramatikalnya

Makna gramatikal adalah makna kata yang terbentuk karena penggunaan kata tersebut dalam kaitannya dengan tata bahasa, dengan kata lain sesuai dengan tata bahasa atau menurut tata bahasa. Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimat majemuk.


1.         Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat yaitu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelurusi pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar.  
Contoh kalimat tunggal adalah sebagai berikut :
*    KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria   bernyanyi
                         S               P
*    KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
      Contoh:   Ika    sangat rajin
                      S            P
*    KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
      Contoh:  Masalahnya  seribu satu.
                           S                    P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
      Contoh :  Saya siswa kelas VI.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
      Contoh :  Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih.  Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
a.    Keterangan tempat, seperti : di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota, dan lain-lain.
b.    Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini, dan lain-lain.
c.     Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek, dan lain-lain.
d.    Keterangan modalitas, seperti: harus : barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya, dan lain-lain. Modalitas merupakan makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat.
e.    Keterangan cara (dengan + kata sifat atau kata kerja), seperti : dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin, dan lain-lain.
f.     Keterangan aspek, seperti : akan, sedang, sudah, dan telah.
g.    Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka, dan lain-lain.
h.    Keterangan sebab, seperti : karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik, dan lain-lain.
i.      Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David Beckham.
j.      Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
·      Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
·      Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
·      Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2.         Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1)                            Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis , sebagai berikut :
a.         Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
Contoh :                           Kami membaca. (kalimat tunggal 1)
                                            Mereka menulis. (kalimat tunggal 2)
                                            Kami membaca dan mereka menulis. (kalimat majemuk setara)
Tanda koma dapat dipergunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh :                 Direktur tenang. (kalimat tunggal 1)
                                            Karyawan duduk teratur. (kalimat tunggal 2)
                                            Para nasabah antre. (kalimat tunggal 3)
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre. (kalimat majemuk setara)
b.        Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pertentangan. Contoh :
Jepang tergolong negara maju. (kalimat tunggal 1)
Indonesia tergolong negara berkembang. (kalimat tunggal 2)
Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia tergolong negara berkembang.
(kalimat majemuk setara)
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan PT Dirgantara Indonesia terletak di Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
c.         Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara perurutan.
Contoh :
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upaca serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu pak Ustadz membacakan doa selamat.
d.        Dapat pula kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi.
2)                            Kalimat Majemuk Rapatan
Dalam kalimat majemuk setara, ada yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk rapatan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.
Contoh kalimat majemuk setara rapatan sebagai berikut :
a.                       Kami berlatih. (kalimat tunggal 1)
                   Kami bertanding. (kalimat tunggal 2)
                   Kami berhasil menang. (kalimat tunggal 3)
                   Kami berlatih, bertanding, dan berhasil menang. (kalimat majemuk rapatan)
b.                       Menteri Agama tidak membuka seminar tentang zakat. (kalimat tunggal 1)
                   Menteri Agama menutup seminar tentang zakat. (kalimat tunggal 2)
Menteri Agama bukan membuka, melainkan menutup seminar tentang zakat. (kalimat majemuk rapatan)
c.                        Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
                   Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
                   Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
                   Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
3)                            Kalimat Majemuk Bertingkat
a.                       Definisi Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Ada beberapa penanda hubungan atau konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak.
2.  Sebab: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
3.  Akibat: hingga, sehingga, maka.
4.  Syarat: jika, asalkan, apabila.
5.  Perlawanan: meskipun, walaupun.
6.  Pengandaian: andaikata, seandainya.
7.  Tujuan: agar, supaya, untuk biar.
8.  Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah.
9.  Pembatasan: kecuali, selain.
10.  Alat: dengan+ kata benda:  dengan tongkat.
11.  Kesertaan: dengan+ orang.
Contohnya yaitu :
1)    Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat:  Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
2)    Induk kalimat : Kemarin ayah mencuci motor.
Anak kalimat : Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)
Proses Terjadinya Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri.

Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian atau perubahan dinamakan induk kalimat, sedangkan bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian atau peubahan dinamakan anak kalimat.

Contohnya yaitu :

Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti atau diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah atau diganti dengan kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang datang.

Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.

4)                            Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1.    Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.    Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.    Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).

·         Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1.       Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Dipakai jika penutur ingin “menyutuh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. Biasanya intonasi menurun, tanda baca titik atau tanda seru.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !

2.       Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.

3.       Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya (?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?

4.       Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

·         Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a.       Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S
P
K

b.      Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:- Selamat sore.
- Silakan Masuk!

·         Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1.       Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:- Ambilkan koran di atas kursi itu!
P
S

2.       Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S
P
O
K

- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S
P
K

·         Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;- Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.



2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:- Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.

·          Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a)      Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:- Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 3, yaitu:
§  Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni mencuci piring.
S
P
O


§  Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:- Mereka berangkat minggu depan.
S
P
K

§  Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh: Dian kehilangan pensil.
S
P
Pel.

b)      Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
§  Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh: Piring dicuci Eni.
S
P
O1

§  Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus,
5. kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
. PR harus kukerjakan. (pasif)

2.5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91). Definisi kalimat efektif juga diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis. Selain itu, Badudu (1989:36) juga berpendapat, “sebuah kalimat dapat efektif apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.”
Secara garis besar, ada dua syarat kalimat efektif, yaitu
(1) Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau diksi dan penggunaan ejaan,
(2) Syarat utama yang meliputi struktur kalimat efektif dan ciri kalimat efektif
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
(1) Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan kata (kosakata) bahasa tersebut,
(2) Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif,
(3) Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
(4) Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.

Ciri Kalimat Efektif
a.       Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh: Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh: Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan. (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan. (efektif)

b.      Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

c.       Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
§   Menghilangkan pengulangan subjek.
§   Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
§   Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
§   Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

d.      Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

e.      Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
§   Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
§   Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
§    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

f.        Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

g.       Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
§  Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh: Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
§  Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
§  Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
§  Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Anak itu bodoh, tetapi pintar.
§  Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh: Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.


2.6. Kesalahan dalam Membentuk Kalimat Efektif
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
1)      Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
-          Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
-          Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
-          Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
-          Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.)
-          Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.)

2)      Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
-          Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah).
-          Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3)      Penggunaan imbuhan yang kacau :
-          Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
-          Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.)
-          Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
-          Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)

4)      Kalimat tak selesai :
-          Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
-          Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)

5)      Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.
•      Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang.
•      (Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
•      Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.
•      (Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.)
•      tau menjadi tahu
•      negri menjadi negeri
•      kepilih menjadi terpilih
•      faham menjadi paham
•      ketinggal menjadi tertinggal, dll.

6)      Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
-          Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.)
-          Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
-          Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)

7)      Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
-          Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
-          Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
-          Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.)

8)      Pilihan kata yang tidak tepat :
-          Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
-          Bukunya ada di saya
(Bukunya ada pada saya.)

9)      Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :
Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.
Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)

10)   Pengulangan kata yang tidak perlu :
-          Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.)
-          Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)

11)   Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
-          Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
-          Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar