KALIMAT
2.1
Pengertian Kalimat
Kalimat mengandung dua pengertian. Ada yang disebut dengan kalimat “Lisan”
dan ada yang disebut dengan kalimat “Tertulis”. Tergantung cara penggunaannya
masing-masing dan disini kita akan membahas bagaimana tata cara penggunaan
kalimat lisan maupun tertulis tersebut. Kalimat lisan merupakan wujud primer
dari bahasa sedangkan kalimat tertulis merupakan derivasi dari wujud primer
tersebut yang tentu saja tidak mampu mencerminkan keseluruhan wujudnya. Namun
sebelumnya kita harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan kalimat itu
sendiri.
Keraf (1984:156) mendefinisikan kalimat sebagai salah satu bagian dari
ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya
menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah
predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu
bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa
dengan kalimat.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau
rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!).
2.2 Struktur Kalimat (Unsur Kalimat)
Struktur kalimat terdiri atas empat unsur yang saling
berkaitan satu sama lain yaitu:
Subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Keempatnya membentuk satu-kestuan
yang utuh dan saling melengkapi berikut penjelasanya:
a.
Subjek
- Merupakan
bagian kalimat yang menunjukan pelaku utama atau topic yang menjadi
permasalahan utama.
- Subjek digunakan untuk menjelaskan “apa” dan “siapa”.
- Subjek juga biasanya merujuk pada kata benda /frasa(konkret/abstrak)
Contoh: Ayahku sedang melukis.
S
Penjelasan: disini bisa kita ketahui bahwa “ayah” adalah subjeknya yang
menjadi pelaku utama atau topik utama dalam kalimat ini.
b.
Predikat
- Predikat merupakan bagian yang menjelaskan kegiatan atau tindakan atau
keadaan yang sedang dialami atau dilaksanakan oleh subjek.
- Berbentuk kata/frasa
- Berfungsi untuk menjelaskan:mengapa,bagaimana,diapakan,sedang apa.
Contoh: Adik menangis
S P
Penjelasan: predikat menjelaskan kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh
adik yaitu sedang menangis dan menangis menjadi sebuah predikat didalam kalimat
tersebut.
c.
Objek
Objek dibagi kedalam 3 jenis dilambangkan dengan:
•O¹ Berfungsi untuk menerangkan
objek yang langsung dijumpai pada kalimat langsung transitif.
Rumusnya : S + P + O¹
Contoh kalimatnya : Saya menanam pohon.
S
P
O¹
•O² Berfungsi untuk menjelaskan
objek yang terkandung didalam kalimat pasif.
Rumusnya sama seperti bentuk kalimat terstuktur lainya yaitu : S + P + O²
hanya saja untuk penggunaan objeknya menggunakan O² yaitu objek yang
diletakan dikalimat pasif disebut O².
Contoh kalimatnya: Saya dimarahi dosen
S
p O²
•O³ yaitu objek
yang diletakan pada kalimat tidak langsung.
Dapat diletakan pada kalimat aktif maupun kalimat pasif.
Dapat dijadikan sebagai pelengkap O¹ maupun O².
Rumusnya : S + P + O³ + O¹/ O².
Contoh kalimatnya: Aming memberikan Nabila mobil.
S
P
O³ O¹
Dari paparan penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa bentuk dari struktur
kalimat umumnya hamper sama pada setiap kalimat dengan pola dasar S+P+O yang
selalu terkandung disetiap kalimat.
d.
Pelengkap/Keterangan
- Bagian kalimat yang berfungsi untuk melengkapi predikat.
- Biasanya berjenis kata/frasa nomina/frasa adjektiva/dan frasa verba.
Rumus: S + P + O + K
Mega bermain piano diruang keluarga
S
P
O K
Antara objek dengan pelengkap memiliki persamaan konstruksi namun untuk
membedakan antara keduanya perlu kita ketahui objek selalu wajib hadir didalam
suatu kalimat sedangkan pelengkap tidak selalu hadir didalam kalimat.
2.3
Peran Semantis Unsur Kalimat
Cakupan semantis
keterangan lebih luas, yaitu mewakili unsur kalimat atau seluruh kalimat.
Keterangan ada yang menyatakan alat, tempat, cara, waktu, kesertaan, atau
tujuan. Perhatikan contoh berikut:
·
Dia memotong kue itu dengan garpu.
·
Kami tinggal di Jatinegara.
·
Mereka masuk diam-diam.
·
Beliau meninggal tahun 1970.
·
Dia ke pasar dengan adiknya.
·
Saya belajar supaya lulus Sipenmaru.
Peran Semantis
Suatu kata dalam konteks kalimat memiliki peran
semantis tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut:
·
Farida menunggui adiknya.
·
Pencuri itu lari.
·
Penjahat itu mati.
·
Johan melihat kecelakaan itu.
Dari segi peran semantis, Farida pada point (a) adalah pelaku,
yakni orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya pada kalimat itu
adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan
yang dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada point (b) adalah pelaku, dia melakukan perbuatan lari. Akan
tetapi, penjahat pada point (c) adalah bukanlah pelaku karena mati
bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan suatu peristiwa yang terjadi
padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud sintaksisnya mirip dengan point (b) penjahat
itu pada (c) adalah sasaran. Pada kalimat (d) Johan bukanlah
pelaku ataupun sasaran. Ada suatu peristiwa, yakni kecelakaan, dan peristiwa
itu menjadi rangsang yang kemudian masuk kebenak dia. Jadi, Johan di
sini mengalami peristiwa tersebut. Karena itu, peran semantis Johan adalah
pengalaman.
2.4 Pola Kalimat
Dasar
Berdasarkan penelitian oleh para ahli, pola kalimat
dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
1)
KB + KK :
Mahasiswa berdiskusi.
2)
KB + KS :
Dosen itu ramah.
3)
KB + K.Bil :
Harga buku itu tiga puluh ribu rupiah.
4)
KB1
+ KK + KB2 :
Mereka menonton film.
5)
KB1
+ KK + KB2 + KB3 :
Paman mencarikan saya pekerjaan.
6)
KB1
+ KB2 :
Rustam peneliti.
Keenam pola
kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan
kompleks.
2.5
Jenis Kalimat
·
Berdasarkan
Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
1.
Kalimat
Langsung
Kalimat langsung
adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga
dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan
dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh : “Saya
gembira sekali”, kata ayah, ”karena kamu lulus ujian”.
2.
Kalimat
Tak Langsung
Kalimat tak
langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang
lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah
dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : Kakak
berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
·
Berdasarkan
Struktur Gramatikalnya
Makna gramatikal
adalah makna kata yang terbentuk karena penggunaan kata tersebut dalam
kaitannya dengan tata bahasa, dengan kata lain sesuai dengan tata bahasa atau
menurut tata bahasa. Menurut
strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat pula
berupa kalimat majemuk.
1.
Kalimat
Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola
kalimat yaitu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya,
kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam
bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang
sederhana. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula
ditelurusi pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola
kalimat dasar.
Contoh kalimat tunggal adalah sebagai berikut :
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
S P
* KB
+ KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:
Ika sangat rajin
S
P
* KB
+ KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:
Masalahnya seribu satu.
S P
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah
kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :
Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa
kata kerja.
Contoh :
Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan
kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama
dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas
menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
a.
Keterangan tempat, seperti : di
sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota, dan lain-lain.
b.
Keterangan waktu, seperti: setiap
hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua bulan ini, dan
lain-lain.
c.
Keterangan alat (dengan + kata
benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok,
dengan wesel pos, dengan cek, dan lain-lain.
d.
Keterangan modalitas, seperti:
harus : barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya, dan lain-lain.
Modalitas merupakan makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya
yang dinyatakan dalam kalimat.
e.
Keterangan cara (dengan + kata
sifat atau kata kerja), seperti : dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas
mungkin, dan lain-lain.
f.
Keterangan aspek, seperti : akan,
sedang, sudah, dan telah.
g.
Keterangan tujuan, seperti: agar
bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka, dan lain-lain.
h.
Keterangan sebab, seperti : karena
rajin, sebab berkuasa, lantaran panik, dan lain-lain.
i.
Keterangan aposisi adalah
keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu Emas, David
Beckham.
j.
Frasa yang, seperti: mahasiswa
yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
· Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
· Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
· Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya.
2.
Kalimat
Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat
atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda,
sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata
penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1)
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu
penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar
atau sederajat. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis ,
sebagai berikut :
a.
Dua kalimat tunggal atau lebih
dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau
lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
Contoh : Kami membaca. (kalimat tunggal 1)
Mereka
menulis. (kalimat tunggal 2)
Kami
membaca dan mereka menulis. (kalimat majemuk setara)
Tanda koma dapat dipergunakan jika
kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh : Direktur tenang. (kalimat tunggal 1)
Karyawan
duduk teratur. (kalimat tunggal 2)
Para
nasabah antre. (kalimat tunggal 3)
Direktur tenang, karyawan duduk
teratur, dan para nasabah antre. (kalimat majemuk setara)
b.
Kedua kalimat tunggal yang
berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara pertentangan. Contoh :
Jepang tergolong negara maju.
(kalimat tunggal 1)
Indonesia tergolong negara
berkembang. (kalimat tunggal 2)
Jepang tergolong negara maju,
tetapi Indonesia tergolong negara berkembang.
(kalimat majemuk setara)
Kata-kata penghubung lain yang
dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk
setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong,
sedangkan PT Dirgantara Indonesia terletak di Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan
pedagang.
c.
Dua kalimat tunggal atau lebih
dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya
berurutan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara perurutan.
Contoh :
Mula-mula disebutkan nama-nama
juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat
dewasa.
Upaca serah terima pengurus
koperasi sudah selesai, lalu pak Ustadz membacakan doa selamat.
d.
Dapat pula kalimat tunggal atau
lebih itu dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan,
dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar
iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke
rumah pemilik televisi.
2)
Kalimat Majemuk Rapatan
Dalam kalimat majemuk setara, ada
yang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk rapatan dua atau lebih
kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama.
Dalam hal seperti ini, unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.
Contoh kalimat majemuk setara rapatan sebagai berikut :
a.
Kami berlatih. (kalimat tunggal 1)
Kami
bertanding. (kalimat tunggal 2)
Kami
berhasil menang. (kalimat tunggal 3)
Kami
berlatih, bertanding, dan berhasil menang. (kalimat majemuk rapatan)
b.
Menteri Agama tidak membuka
seminar tentang zakat. (kalimat tunggal 1)
Menteri
Agama menutup seminar tentang zakat. (kalimat tunggal 2)
Menteri Agama bukan membuka,
melainkan menutup seminar tentang zakat. (kalimat majemuk rapatan)
c.
Pekerjaannya
hanya makan. (kalimat tunggal 1)
Pekerjaannya
hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
Pekerjaannya
hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
Pekerjaannya
hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
3)
Kalimat Majemuk Bertingkat
a.
Definisi
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal
yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur
induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang
terdapat pada induk kalimat.
Ada beberapa penanda hubungan atau konjungsi yang dipergunakan
oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak.
2. Sebab: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
3. Akibat: hingga, sehingga, maka.
4. Syarat: jika, asalkan, apabila.
5. Perlawanan: meskipun, walaupun.
6. Pengandaian: andaikata, seandainya.
7. Tujuan: agar, supaya, untuk biar.
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah.
9. Pembatasan: kecuali, selain.
10. Alat: dengan+ kata benda: dengan tongkat.
11. Kesertaan: dengan+ orang.
Contohnya yaitu :
1)
Induk kalimat: Para hacker masih
dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern.
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para
hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
2)
Induk kalimat : Kemarin ayah
mencuci motor.
Anak kalimat : Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat
sebagai pengganti keterangan waktu)
Ketika matahari berada di ufuk timur,
ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat
majemuk bertingkat cara 2)
Proses Terjadinya Kalimat Majemuk
Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah
kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau
diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri.
Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat
tunggal yang tidak mengalami pergantian atau perubahan dinamakan induk kalimat,
sedangkan bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang
sudah mengalami penggantian atau peubahan dinamakan anak kalimat.
Contohnya yaitu :
Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang
mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti atau diubah
menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah atau diganti dengan
kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut
menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang
sedang datang.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian)
dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang
mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
4)
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan
antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1.
Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.
Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat
tunggal 2, induk kalimat)
3.
Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat
sebagai pengganti keterangan waktu)
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika
aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran).
·
Berdasarkan
Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah
kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri
dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat
perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Dipakai jika penutur ingin “menyutuh”
atau “melarang” orang berbuat sesuatu. Biasanya intonasi menurun, tanda baca
titik atau tanda seru.
Macam-macam kalimat perintah :
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh : Gantilah bajumu !
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan !
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah !
2. Kalimat Berita
Kalimat berita
adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya
diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan
intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam
kalimat berita :
* Kalimat berita
kepastian
Contoh : Nenek
akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita
pengingkaran
Contoh : Saya
tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita
kesangsian
Contoh : Bapak
mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita
bentuk lainnya
Contoh : Kami
tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya
adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya (?) dalam
penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya
yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan.
Contoh:- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
Contoh:- Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan
adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau
yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi
dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya.
Contoh:- Aduh,
pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
·
Berdasarkan
Unsur Kalimat
Kalimat dapat
dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri
dari satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam
kalimat lengkap.
Contoh :- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S
|
P
|
K
|
b. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena
hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan
saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:- Selamat
sore.
- Silakan Masuk!
·
Berdasarkan
Susunan S-P
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului
subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang
akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata
atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk
penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:- Ambilkan koran di atas kursi itu!
P
|
S
|
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi
adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:-
Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S
|
P
|
O
|
K
|
- Aku dan dia
bertemu di cafe ini.
S
|
P
|
K
|
·
Berdasarkan
Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang
melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh;- Semua
warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
2. Kalimat yang
Klimaks
Kalimat klimaks
terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca
anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:- Setelah
1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara
Prancis itu dibebaskan juga.3.
3. Kalimat yang
Berimbang
Kalimat yang
berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan
dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:- Bursa
saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
·
Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Kalimat Aktif
Kalimat aktif
adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-.
Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati
oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan
minum).
Contoh:- Mereka
akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif
dibedakan menjadi 3, yaitu:
§
Kalimat
Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh
objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan
selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Eni mencuci piring.
S
|
P
|
O
|
§
Kalimat
Aktif Intransitif
Kalimat aktif
intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me-
tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:- Mereka
berangkat minggu depan.
S
|
P
|
K
|
§
Kalimat
Semi Transitif
Kalimat ini tidak
dapat dirubah menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh: Dian
kehilangan pensil.
S
|
P
|
Pel.
|
b) Kalimat Pasif
Kalimat pasif
adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya
memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh
kata depan oleh.
Kalimat pasif
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
§
Kalimat
Pasif Biasa
Kalimat pasif ini
biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh: Piring
dicuci Eni.
S
|
P
|
O1
|
§
Kalimat
Pasif Zero
Kalimat pasif
zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa
disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan
terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar
berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan
dengan kalimat baku.
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me-
pada predikat dihapus,
5. kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
. PR harus kukerjakan. (pasif)
2.5. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami secara tepat pula (BPBI, 2003:91). Definisi kalimat efektif juga
diungkapkan oleh Badudu (1995) Kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena
apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis)
dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama
benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur atau penulis.
Selain itu, Badudu (1989:36) juga berpendapat, “sebuah kalimat dapat efektif
apabila mencapai sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.”
Secara garis besar,
ada dua syarat kalimat efektif, yaitu
(1) Syarat awal yang meliputi pemilihan kata atau
diksi dan penggunaan ejaan,
(2) Syarat utama yang meliputi struktur kalimat
efektif dan ciri kalimat efektif
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
Keraf (1984: 36) berpendapat, kalimat efektif tidak hanya sanggup memenuhi kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis, tetapi juga harus mencakup beberapa aspek lainnya yang meliputi, sebagai berikut:
(1) Penulisan secara aktif sejumlah perbendaharaan
kata (kosakata) bahasa tersebut,
(2) Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu
secara aktif,
(3) Kemampuan mencantumkan gaya yang paling cocok
untuk menyampaikan gagasan-gagasan,
(4) Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki
seseorang.
Ciri Kalimat Efektif
a.
Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek
(S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh: Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh: Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan. (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan. (efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan. (efektif)
b.
Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu
(menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan
hadiah (efektif).
c.
Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi
kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan
mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
§ Menghilangkan pengulangan subjek.
§ Menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
§ Menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
§ Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
d.
Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam
kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh: Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak
efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
e.
Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
§ Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan
tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
§ Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek
+ agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
§ Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata
kerja dan objek penderita.
Contoh: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu.
(tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah
meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
f.
Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang
digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-,
maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh: Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
(tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
g.
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide
pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa
cara, yaitu:
§ Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di
depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh: Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Contoh: Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain,
kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan
agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Harapan presiden ialah
agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
§ Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh: Bukan seribu,
sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu,
atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak
terlantar. (benar)
§ Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Cerita itu
begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
§ Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan.
Contoh: Anak itu
bodoh, tetapi pintar.
§ Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh: Dapatkah
mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang
harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
2.6. Kesalahan dalam Membentuk Kalimat
Efektif
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi
dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif.
1)
Penggunaan dua
kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :
- Sejak dari usia delapan tauh ia telah
ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan
tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.)
- Hal itu disebabkan karena perilakunya
sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan
perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat
mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.)
- Pada era zaman modern ini teknologi
berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini
teknologi berkembang sangat pesat.)
- Berbuat baik kepada orang lain adalah
merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada
orang lain merupakan tindakan terpuji.)
2)
Penggunaan
kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :
- Menurut berita yang saya dengar
mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar
mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah / Menurut berita yang saya
dengar, kurikulum akan segera diubah).
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi
hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus
dijatuhi hukuman setimpal.)
3)
Penggunaan
imbuhan yang kacau :
- Yang meminjam buku di perpustakaan harap
dikembalikan.
(Yang meminjam buku di
perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap
dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar
tidak mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh
kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.)
- Operasi yang dijalankan Reagan memberi
dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani
Reagan berdampak buruk)
- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori
apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI
diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi
puisi.)
4)
Kalimat tak
selesai :
- Manusia yang secara kodrati merupakan
mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara
kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.)
- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu
terbakar.)
5)
Penggunaan
kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :
Kita harus bisa
merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa
mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang
sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan,
menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri,
menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh,
menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri,
mencelupkan.
• Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide
cemerlang.
• (Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide
cemerlang.)
• Gereja itu dilola oleh para rohaniawan
secara professional.
• (Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan
secara professional.)
• tau menjadi tahu
• negri menjadi negeri
• kepilih menjadi terpilih
• faham menjadi paham
• ketinggal menjadi tertinggal, dll.
6)
Penggunaan
tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :
- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya
sangat baik
(Saya menyukainya
karena sifat-sifatnya sangat baik.)
- Rumah sakit di mana orang-orang mencari
kesembuhan harus selalu bersih
(Rumah sakit tempat
orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.)
- Manusia membutuhkan makanan yang mana
makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.)
7)
Penggunaan
kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya pulang ke
kampung kemarin.
(Seorang di antara
pembantunya pulang ke kampung kemarin.)
- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar
daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada
yang bisa menghindar dari pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil
mematahkan perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob
berhasil mematahkan perlawanan musuh.)
8)
Pilihan kata
yang tidak tepat :
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono
menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat
(Dalam kunjungan itu
Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan
masyarakat.)
- Bukunya ada di saya
(Bukunya ada pada
saya.)
9)
Kalimat ambigu
yang dapat menimbulkan salah arti :
Usul ini
merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan
damai antara komunis dan pemerintah yang gagal.
Kalimat di
atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah
atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah.
Sopir Bus Santosa yang
Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita
di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa?
Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10)
Pengulangan kata
yang tidak perlu :
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5
judul buku setahun
(Dalam setahun ia
berhasil menerbitkan 5 judul buku.)
- Film ini menceritakan perseteruan antara
dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang
Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan
perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling
menjatuhkan.)
11)
Kata ‘kalau’
yang dipakai secara salah :
- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS
sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan
bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.)
- Siapa yang dapat memastikan kalau
kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat
memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar