Kamis, 13 Februari 2014

proposal penelitian PTK

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas proposal penelitian yang berjudul “PENERAPAN METODE DISCOVERY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI BANGUN SEGI EMPAT PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 KOTA BENGKULU”dengan tepat waktu. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah yang diampu oleh Pak Rusdi M.Pd.
Dalam penulisan laporan ini, penulis banyak menerima saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itulah penulis ucapkan terima kasih banyak kepada keluarga, dosen-dosen, dan teman-teman semua yang telah memberikan motivasi dan saran-saran yang membangun sehingga tugas ini selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini masih memiliki kekurangan dan terdapat ketidak sempurnaan diberbagai aspek. Oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyusunan selanjutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi para pembaca dan pihat-pihak yang terkait.



                                                                                                            Bengkulu,     Desember 2013



                                                                                                                               penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika
2.2 Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Discovery
2.3 Komputer Sebagai Media Pembelajaran
2.4 GeoGebra
2.5 Belajar Geometri
2.6 Bangun Datar Segiempat
2.7 Aktifitas Belajar
2.8 Hasil Belajar
BAB III METODE PENELITIAN
3.1  Populasi dan Sampel/Subjek Penelitian
3.2 Jenis Penelitian
3.3 Rancangan Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ilmu matematika merupakan salah satu pengetahuan yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap bagian hidup manusia mengandung matematika seperti membeli sesuatu di warung, menghitung hari sebulan, menghitung jam, dan sebagainya. Namun pembelajaran matematika bukan hanya serbatas berhitung, namun membentuk logika berpikir. Sehingga sangat diperlukan pemahaman untuk setiap materi yang akan diajarkan.
Pembelajaran metematika mememiliki dua hal yang menjadi tolak ukur akhir dalam sebuah pembelajaran, yaitu proses dan hasil belajar. Kenyataannya sekarang, pembelajran matematika di SMP masih memiliki hasil yang rendah. Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu di kelas VII D dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa mengenai bidang datar segi empat, yaitu 65. Jika dibandingkan dengan Standar Kriteria Ketuntasan Minimum (SKKM) di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu yang standarnya adalah 75, maka Rata-rata nilai ini masih tergolong rendah dan belum mencapai target yang diinginkan.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya dari hasil wawancara dan observasi, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, siswa tidak tertarik dengan pembelajaran, lebih menyukai obrolan dengan temannya daripada mendengarkan guru menjelaskan. Selain itu siswa belum mampu memahami konsep-konsep yang diajarkan sehingga kesulitan dalam menyelesaikan permaslahan yang berkaitan dengan materi yang diberikan.
Berbagai macam cara telah dilakukan oleh guru sebagai tenaga pengajar agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa, guru telah mencoba mengubah cara pengajaran, memodifikasi pembelajaran, menerapkan metode pembelajaran matematika yang tepat dan menarik serta menggunakan teknik-teknik yang bervariasi didalam pembelajaran. Berdasarkan studi pendahuluan diatas didapatkan bahwa masih banyak guru yang menggunakan cara mengajar yang monoton, tidak memvariasikan cara mengajar dengan mengintegrasikan komputer sebagai sarana pembelajaran sehingga banyak siswa yang tidak tertarik dengan pembelajaran tersebut. Dengan menggunakan software GeoGebra siswa bisa lebih mudah memahami konsep yang bersifat abstrak. Juga dengan menggunakan metode discovery, kombinasi ini akan membuat siswa lebih memahami pembelajaran yang berlansung, karena dengan metode dan media ini siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep karena mereka mengalami sendiri proses untuk menemukan konsep tersebut.
Dari uraian maslah diatas menunjukkan perlunya pengembangan cara pembelajaran dengan menggunakan media computer dalam kegiatan pembelajran di kelas melalui penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa. Permasalahan tersebut memberikan dorongan terhadap peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Discovery Dengan Menggunakan Media Geogebra Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mengenai Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 5 Kota Bengkulu.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana cara Penerapan Metode Discovery Dengan Menggunakan Media Geogebra Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mengenai Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 5 Kota Bengkulu?
2.      Bagaimana cara Penerapan Metode Discovery Dengan Menggunakan Media Geogebra Untuk Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Mengenai Bangun Segi Empat Pada Siswa Kelas Vii Smp Negeri 5 Kota Bengkulu?

1.3  Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui Bagaimana cara penerapan metode discovery dengan menggunakan media geogebra untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai bangun segi empat pada siswa kelas vii smp negeri 5 kota bengkulu.
2.      Untuk mengetahui Bagaimana cara penerapan metode discovery dengan menggunakan media geogebra untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa mengenai bangun segi empat pada siswa kelas vii smp negeri 5 kota bengkulu.

1.4  Manfaat Penelitian
Dalam Penelitian ini peneliti berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap pembelajaran matematika.
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Adanya peningkatan aktivitas serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika di kelas.
2. Bagi guru
Sebagai bahan masukan khususnya guru SMP kelas VII tentang proses pembelajaran yang diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar matematika di SMP Negeri 5 Kota Bengkulu.
4. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman langsung sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan nantinya setelah menjadi tenaga pengajar.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Pembelajaran Matematika
Ali (2004:14) berpendapat bahwa secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2006:18) berpendapat bahwa belajar merupakan proses internal yang kompleks. Aspek-aspek yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.
Menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman, 2003:252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu untuk membantu manusia dalam memahami dan mengusai permasalahan social, ekonomi dan alam (Ismail dkk, 2004:1.3-1.4)
Menurut Mastur Faizi (2013:70) pembelajaran matematika bukan hanya sebatas berhitung saja, namun membentuk logika berpikir. Berhitung dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu dan media pembelajaran, namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis.

2.2  Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Discovery
Menurut Mastur Faizi (2013:92) penemuan discovery merupakan metode yang lebih menekankanpada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode pnemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Dalam metode ini, tidak berarti sesuatu yang ditemukan siswa benar-benar baru, sebab sudah diketahui oleh orang lain. Penemuan yang dimaksudkan disini bukan merupakan penemuan yang sesungguhnya, sebab apa yang ditemukan itu sebenarnya sudah ditemukan orang.
Metode penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketaui. Pada metode penemuan, bentuk akhir dari penemuan tersebut belum pernah diketahui siswa sebelumnya, tetapi guru sudah mengetahui apa yang akan ditemukan. Pada pengajaran dengan metode penemuan, siswa didorong untuk memahami dan menemukan sesuatu.
Kelebihan metode penemuan
1.      Dapat melatih keterampilan siswa mengamati suatu cara memecahkan persoalan dan melatih siswa terlibat secara teratur dalam penemuan.
2.      Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep atau rumus, karena mereka mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut.
3.      Siswa akan memahami konsep dan teorema lebih baik, ingat lebih lama, dan aktif dalam proses belajar-mengajar.
4.      Metode ini memungkinkan siswa mengembangkan sifat ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu.
5.      Metode ini memberi pandangan ilmu yang luas kepada siswa menuju arah keberhasilan.
Kekurangan metode penemuan
1.      Tidak semua topic matematika dapat diterapkan dalam metode penemuan.
2.      Bila jumlah siswa banyak akan memberatkan guru dalam memberikan bimbingan penemuan.
3.      Bagi siswa yang lamban akan mengalami frustasi karena tidak dapat menyelesaikan temuannya.
4.      Memerlukan waktu yang relative lebih lama.
Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

a.       Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b.      Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut  permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c.       Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya  hipotesis.
Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d.      Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e.       Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f.       Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka  dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan  siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran  atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2.3  Komputer Sebagai Media Pembelajaran
H.W. Fowler dalam Saminanto (2010) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Sehingga untuk menunjang kelancaran pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu media pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa.
Hamalik dalam Arsyad (2010 : 15) mengemukakan bahwa pemakaian media dalam pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sedangkan Ibrahim dalam Arsyad (2010:16) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid–murid dan memperbarui semangat mereka. Membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya–upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat–alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat–alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. ( Arsyad, 2010: 2).
Komputer adalah alat elektronis yang dapat menghitung atau mengelolah data secara cermat menurut yang diinstruksikan dan memberikan hasil pengolahan, biasanya terdiri atas unit pemasukan, unit pengeluran, unit penyimpanan, serta unit pengontrolan. ( Maria Ulpah : 2007 )
Komputer sebagai media dalam proses pembelajaran memiliki beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain, beberapa keistimewaan itu antara lain :
1.      Komputer dapat berperan sebagai media yang efektif untuk menumbuh kembangkan minat dan kreativitas siswa dalam pembelajaran.
2.      Komputer dapat menjadikan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (terciptanya hubungan interaktif).
3.      Dengan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran, seringkali siswa berhasil mempelajari bahan ajar yang sama banyaknya dengan waktu yang lebih sedikit.
4.      Siswa yang belajar dengan media komputer mempunyai kemampuan mengingat materi dalam waktu yang lebih lama dan dapat menggunakannya dalam bidang–bidang lain.
5.      Komputer memberi fasilitas bagi siswa untuk mengulangi pelajaran apabila diperlukan, dengan tujuan memperkuat proses belajar dan memperbaiki ingatan.
6.      Komputer membantu siswa memperoleh umpan balik secara leluasa dan bisa memacu.
7.      Motivasi siswa dengan peneguhan positif yang diberikan jika siswa memberikan jawaban. ( Maria : 2007)
Dalam pembelajaran matematika, komputer banyak digunakan untuk materi yang memerlukan gambar, animasi, visualisasi dan warna, misalnya geometri. Clements dalam Abdussakir (2010) menyatakan bahwa pembelajaran geometri dengan komputer perlu dilakukan. Dengan komputer, siswa dapat termotivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah geometri. Satu hal yang paling penting adalah komputer dapat memuat konsep matematika ( khusunya geometri ) yang abstrak dan sulit menjadi lebih konkret dan jelas.
“Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika; teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa” (NCTM, 2000 : 24) dalam Van De Walle ( 2008 : 3 ).
Berdasarkan berbagai studi tentang penggunaan komputer dalam pembelajaran matematika ditemukan bahwa hasil belajar siswa yang belajar matematika dengan komputer lebih baik daripada yang tidak menggunakan komputer ( Lockard dkk, 1990 ) dalam Abdussakir ( 2010).
2.4  GeoGebra
Pemanfaatan teknologi komputer dengan berbagai program dalam pembelajaran matematika sudah merupakan keharusan dan kebutuhan. Salah satu progam komputer yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika khususnya geometri adalah GeoGebra. GeoGebra dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Syaiful Hamzah (2011) mengemukakan bahwa GeoGebra adalah perangkat lunak matematika yang dinamis dan bersifat open source (free) untuk pembelajaran dan pengajaran matematika di sekolah. Program ini dapat dimanfaatkan secara bebas yang dapat diunduh dari www.geogebra.com. Website ini rata-rata dikunjungi sekira 300.000 orang tiap bulan. Hingga saat ini, program ini telah digunakan oleh ribuan siswa maupun guru dari sekira 192 negara.
GeoGebra adalah perangkat lunak matematika dinamis yang menggabungkan geometri, aljabar, dan kalkulus. Perangkat lunak ini dikembangkan untuk proses belajar mengajar matematika di sekolah oleh Markus Hohenwarter di Universitas Florida Atlantic. Selain itu bahasanya bisa diubah ke dalam bahasa Indonesia.
Hohenwarter & Fuchs dalam Mahmudi (2010) mengatakan GeoGebra sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas sebagai berikut.
1.      Sebagai media demonstrasi dan visualisasi. Dalam hal ini, dalam pembelajaran yang bersifat tradisional, guru memanfaatkan GeoGebra untuk mendemonstrasikan dan memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu.
2.      Sebagai alat bantu konstruksi. Dalam hal ini GeoGebra digunakan untuk memvisualisasikan konstruksi konsep matematika tertentu, misalnya mengkonstruksi segitiga.
3.      Sebagai alat bantu proses penemuan. Dalam hal ini GeoGebra digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk menemukan suatu konsep matematis, misalnya tempat kedudukan titik-titik atau karakteristik parabola.

2.5  Belajar Geometri
Burger & Shaughnessy dalam Abdusakir (2010) mengemukakan bahwa :
“Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika, karena banyaknya konsep yang termuat di dalamnya. Geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan”.
Burger & Shaughnessy dalam Abdussakir (2010) mengatakan bahwa Geometri juga merupakan lingkungan untuk mempelajari struktur matematika. Geometri merupakan bagian dari matematika yang membicarakan titik, garis, bidang, ruang dan keterkaitan satu sama lain. Stein dalam I Gusti Agung (2008). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar geometri adalah mempelajari benda yang konkret lalu diabstraksikan, objeknya abstrak, sehingga untuk mempelajarinya diperlukan suatu proses berpikir. Didalam belajar geometri secara khusus telah ditemukan teori tentang level berpikir yaitu teori Van Hiele. Menurut teori Van Hiele, seseorang akan melalui lima tahap perkembangan berpikir dalam belajar geometri.

2.5.1  Tahap Berpikir Geometris Van Hiele
Standar NCTM dalam Van De Walle (2008 : 150) menyatakan standards mendukung pemikiran bahwa semua siswa dapat berkembang dalam keterampilan dan pemahaman siswa dalam geometri yang meliputi seluruh tingkat, dari pemikiran informal ke lebih formal, sejalan dengan pemikiran para pakar teori dan peneliti. Standar geometri memiliki sekumpul tujuan untuk semua tingkatan. Keempat tujuan dalam geometri ini yaitu :
1.      Bentuk dan sifat mencakup pelajaran sifat–sifat dari bentuk–bentuk baik dua maupun tiga dimensi, juga pembelajaran tentang hubungan yang terbangun dari sifat–sifat tersebut.
2.       Transformasi mencakup pembelajaran translasi, refleksi, rotasi (pergeseran, pembalikan, dan perputaran), pembelajaran simetri dan konsep kesebangunan.
3.       Lokasi mengacu terutama kepada geometri koordinat atau cara lain dalam menentukan bagaimana benda–benda terletak dalam bidang ataupun ruang.
4.       Visualisasi mencakup pengenalan bentuk–bentuk di lingkungan sekitar, pengembangan hubungan antara benda–benda dua dimensi dengan tiga dimensi, serta kemampuan menggambar dan mengenal bentuk dari berbagai sudut pandang.
Tingkat – tingkat pemikiran geometris Van Hiele
1.      Level 0 : Visualisasi
Objek – objek pikiran pada level 0 berupa bentuk–bentuk dan bagaimana “ rupa” mereka.
Siswa mengenali bentuk–bentuk secara umum dengan cara memperhatikan bangun–bangun geometri berdasarkan penampilan fisik sebagian atau keseluruhan. Biarkan siswa hanya memperhatikan segitiga sama sisi, segitiga sama kaki tetapi tidak perlu memberi pertanyaan kenapa segitiga itu demikian. Pada tingkat ini siswa hanya memperhatikan saja.
2.      Level 1 : Analisis
Tahap ini dikenal dengan tahap deskriptif. Pada tahap ini sudah tampak adanya analisis terhadap konsep dan sifat–sifatnya. Siswa dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan melakukan pengamatan, pengukuran, eksperimen, menggambar dan membuat model. Meskipun demikian, siswa belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat-sifat tersebut, belum dapat melihat hubungan antara beberapa bangun geometri dan definisi tidak dapat dipahami oleh siswa.
3.      Level 2 : Deduksi Informal
Tahap ini juga dikenal dengan tahap abstrak, tahap abstrak/relasional, tahap teoritik, dan tahap keterkaitan. Pada tahap ini, siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun geometri. Siswa dapat membuat definisi abstrak,menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan menggunakandeduksi informal, dan dapat mengklasifikasikan bangun-bangun secara hirarki.
4.      Level 3 : Deduksi
Tahap ini juga dikenal dengan deduksi formal. Pada tahap ini siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti. Siswa dapat menyusun teorema dalam sistem aksiomatik. Pada tahap ini siswa berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara. Perbedaan antara pernyataan dan konversinya dapat dibuat dan siswa menyadari perlunya pembuktian melalui serangkaian penalaran deduktif.
5.      Level 4 : Ketepatan ( Rigor )
Pada tahap ini siswa bernalar secara formal dalam sistem matematika dan dapat menganalisis konsekuensi dari manipulasi aksioma dan definisi. Saling keterkaitan antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi, teorema dan pembuktian formal dapat dipahami.
Teori Van Hiele mempunyai karakteristik yaitu (1) tingkatantingkatan tersebut bertahap. Untuk sampai pada tiap-tiap tingkatan siswa harus menempuh tingkatan sebelumnya. (2) tingkatan- tingkatan tersebut tidaklah bergantung-usia seperti tahap perkembangan Piaget. (3) pengalaman geometri merupakan faktor tunggal terbesar dalam mempengaruhi perkembangan dalam tingkatan – tingkatan tersebut. (4) ketika konstruksi atau bahasa yang digunakan terletak pada tingkatan yang lebih tinggi daripada yang siswa miliki, akan ada komunikasi yang kurang.

2.6  Bangun Datar Segi Empat
Pada dasarnya segi empat adalah bangun datar yang memiliki empat sisi dan empat sudut. Definisi tersebut menyatakan jelas tidak ada aturan lain yang membatasinya sehingga dasar segi empat adalah segi empat yang kita kenal sebagai segi empat tak beraturan.
Jenis-jenis segiempat beraturan
1)      Persegi
a.       Sifat-sifat
-          Semua sifat persegi panjang merupakan sifat persegi.
-          Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan cara.
-          Semua sisi persegi adalah sama panjang.
-          Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
-          Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang membentuk sudut siku-siku
b.      Definisi
Definisi analitik
Persegi adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang dan keempat sudutnya sama besar, yaitu 90o.
Definisi genetic
Persegi adalah bentuk khusus dari persegipanjang dengan keempat sisinya sama panjang.
c.       Rumus Keliling
K = 4 x sisi atau K = 4s
d.      Rumus Luas Daerah
L = sisi x sisi


2)      Persegi Panjang
a.       Sifat-sifat persegipanjang:
-          Mempunyai empat sisi, dengan sepasang sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
-          Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900).
-          Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua sama besar .
-          Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.
b.      Definisi
Definisi analitik
Persegipanjang adalah bangun datar yang memiliki empat sisi lurus (dua pasang sisi) di mana sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan keempat sudutnya siku-siku.
Definisi genetic
Persegi panjang adalah segiempat yang terbentuk dari segitiga siku-siku dan bayangannya yang diputar 180o.
c.       Rumus Keliling
K = 2 (panjang + lebar)
d.      Rumus Luas
L = panjang x lebar

3)      JajarGenjang
a.       Sifat-sifat
-          Sisi-sisi yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama panjang dan sejajar.
-          Sudut-sudut yang berhadapan pada setiap jajargenjang sama besar.
-          Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan pada setiap jajargenjang adalah 1800
-          Pada setiap jajargenjang kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang.



b.      Definisi
Definisi analitik
Jajargenjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Definisi genetik
Jajargenjang adalah bangun segiempat yang dibentuk dari sebuah segitiga dan bayangannya yang diputar setengah putaran (1800) pada titik tengah salah satu sisinya.
c.       Rumus Keliling
K = jumlah keempat sisinya = AB + BC + CD + DA
d.      Rumus Luas
Luas = alas x tinggi

4)      Belah Ketupat
a.       Sifat-sifat
-          Semua sisi pada belahketupat sama panjang.
-          Kedua diagonal pada belahketupat merupakan sumbu simetri.
-          Kedua diagonal belahketupat saling membagi dua sama panjang dan saling berpotongan tegak lurus.
-          Pada setiap belahketupat sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
b.      Definisi
Definisi Analitik
Belahketupat adalah segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
Definisi Genetik
Belahketupat adalah bangun segiempat yang dibentuk dari gabungan segitiga sama kaki dan bayangannya setelah dicerminkan terhadap alasnya.
c.       Rumus Keliling
K = jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD + DA
d.      Rumus Luas
L = 1/2(d1 x d2)

5)      Layang-Layang
a.       Sifat-sifat
-          Masing-masing sepasang sisinya sama panjang.
-          Sepasang sudut yang berhadapan sama besar .
-          Salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri.
-          Salah satu diagonal layang-layang membagi diagonal lainnya menjadi dua bagian sama panjang dan kedua diagonal itu saling tegak lurus.
b.      Definisi
Definisi analitik
Layang-layang adalah segiempat dengan dua pasang sisi-sisi yang berdekatan sama panjang.
Definisi genetik
Layang-layang adalah suatu bangun datar segiempat yang dibentuk oleh dua buah segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berimpit.
c.       Rumus Keliling
K = jumlah sisi-sisinya = AB + BC + CD +DA
d.      Rumus Luas
L = 1/2 (d1 x d2)

6)      Trapesium
a.       Sifat-sifat
-          Sepasang sisi yang berhadapan sejajar
-          Sudut antara sisi-sisi sejajar yang memiliki kaki sudut sekutu salah satu sisi tegaknya berjumlah 180o.
-          Diagonal-diagonal trapesium sama kaki adalah sama panjang.
b.      Definisi
Definisi analitik
Trapesium adalah bangun datar segiempat yang tepat mempunyai sepasang sisi yang sejajar

Definisi genetic
Trapesium adalah segiempat yang terbentuk dari sebuah segitiga yang dipotong oleh salah satu garis yang sejajar dengan salah satu sisinya.
c.       Rumus Keliling
K =  AB + BC + CD + DA
d.      Rumus Luas
Luas = (jumlah sisi sejajar x tinggi)/2

2.7  Aktifitas Belajar
Menurut Djamarah (2008:2) aktivitas belajar ialah semua kegiatan dari  jiwa raga, psikofisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor).  Proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik tanpa ada aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Aktivitas belajar mencakup aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Paul B. Dierich (Sardiman, 2012:101) berpendapat aktivitas dalam pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.      Visual activities : Membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, mengamati orang bekerja dan percobaan.
2.      Oral activities : Menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
3.      Listening activities : Mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu instrumen.
4.      Writing activities : Menulis cerita, karangan, laporan, dan angket.
5.      Drawing activities : Menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.
6.      Motor activities : Melakukan percobaan, membuat konstruksi, memilih alat, menyelenggarakan permainan (simulasi).
7.      Mental activities : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8.      Emotional activities : Menaruh minat, merasa bosan, gembira, beremangat, bergairah, berani, tenang dan sebagainya.

2.8  Hasil Belajar
Sebagaimana dinyatakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:3), dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar yang terjadi di dalam kelas.
Menurut Sudjana (2009:22-23), hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif : berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif : berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotorik : berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2012:5). Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
1.      Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2.      Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis-fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3.      Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.
4.      Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5.      Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Dengan demikian yang dimaksud hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah hasil hasil yang diperoleh dan dikuasai siswa setelah proses pembelajaran yang berupa ranah kognitif atau kemampuan berfikir, ranah afektif atau sikap dan ranah psikomotorik atau keterampilan serta kemampuan bertindak sehingga hasil belajar yang diharapkan sesuai tujuan pembelajaran setelah proses belajar berlangsung. Dengan kata lain, hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan apa yang diperoleh siswa dari proses belajar matematika.



2.9   
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Populasi dan Sampel/Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3 Kota Bengkulu tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 38 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Untuk kelas VII SMP Negeri 3 Kota Bengkulu tahun pelajaran 2012/2013 memiliki empat kelas yaitu VII A, VII B, VII C, VII D
Tabel 3.1  Hasil ujian matematika semester ganjil kelas VII SMPN 3 Kota
Bengkulu tahun pelajaran 2012/2013
Kelas
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
Rata-rata
Variansi
VII A
82.5
27.5
61.66
14.70
VII B
82.5
25
58.03
14.50
VII C
89.5
26.5
57.71
15.54
VII D
92.5
26.5
56.55
15.57
Jumlah
347
105.5
175.92
60.31
Rata-rata
86.75
26.38
43.98
15.08
(Sumber: Dokumentasi Guru Matematika Kelas VII SMPN 3 Kota Bengkulu)

Peneliti memilih VII D sebagai kelas yang dijadikan tempat penelitian karena berdasarkan rata-rata nilai ulangan semester ganjil kelas VII D paling rendah dan variansi tertinggi dari kelas VII lainnya.

3.2  Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Daryanto (2011:4), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan  oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Suhardjono (Arikunto, 2009 :74-80) menyebutkan bahwa PTK merupakan rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan  utama yang ada pada setiap siklus, yaitu:

1.      Perencanaan
Tahapan ini menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
2.      Tindakan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan.
3.      Pengamatan
Pada tahap ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
4.      Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

3.3  Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan tindakan sebanyak tiga siklus dengan empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu : a) Perencanaan, b) Pelaksanaan Tindakan, c) Pengamatan, dan d) Refleksi. Empat tahapan tersebut digambarkan pada bagan berikut.







 





















Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006:16).
Adapun uraian kegiatan yang dilakukan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Refleksi Awal
Sebelum melakukan penelitian tindakan, maka terlebih dahulu dilakukan refleksi awal. Refleksi awal tersebut berupa observasi, wawancara terhadap guru matematika kelas VII3 dan tes awal. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mengetahui proses belajar mengajar di dalam kelas dan permasalahan-permasalahannya. Setelah dilakukan observasi dan wawancara, selanjutnya dilakukan tes awal (lampiran 5). Sudijono (2009:69) mengatakan bahwa tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang telah diajarkan dapat dikuasai oleh peserta didik. Tes ini dilakukan sebelum dimulainya proses pembelajaran yang bertujuan untuk melihat pengetahuan awal siswa serta kemampuan masing-masing siswa untuk dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampunnya.
Refleksi awal ini dimaksudkan agar peneliti dapat menentukan tindakan yang tepat untuk dapat menerapkan Cooperative Learning teknik Rotating Trio Exchange dalam pembelajaran matematika

2.      Siklus I
a.       Perencanaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini :
1.      Menentukan pokok bahasan yaitu segiempat.
2.      Menyusun RPP siklus I yang berorientasi pada metode Discovery menggunakan media GeoGebra.
3.      Menyusun LKS Siklus I yang berisi materi segiempat dan lembar tes akhir siklus I beserta rubrik penilaian tes akhir siklus I.
4.      Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa siklus I.
5.      Menyiapkan angket respon siswa pada siklus I.
a.       Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini peneliti akan bertindak sebagai guru untuk proses pembelajaran dengan menerapkan metode Discovery dengan menggunakan media GeoGebra. Tahap pelaksanaan ini mengacu pada RPP yang berorientasi pada metode discovery dengan media GeoGebra.
b.      Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Pengamatan ini menggunakan lembar observasi aktivitas yang telah disiapkan oleh peneliti. Pada tahap ini juga dilakukan pengisian angket respon siswa dan tes akhir siklus.
c.       Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan suatu analisis yang tujuannnya untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dari refleksi tersebut dilakukan identifikasi hal-hal yang sudah dicapai dan yang belum dicapai siswa yang nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Tindakan ini akan berlangsung secara berulang-ulang pada siklus berikutnya dengan berbagai perbaikan apabila diperlukan. Kemudian data yang diperoleh setiap siklus dianalisis dengan teknik analisa data yang telah disiapkan.


3.      Siklus II
Siklus II merupakan perbaikan dari siklus pertama, tahapan dari setiap siklus perlu disusun dengan rencana yang matang dengan mempelajari hasil refleksi tindakan pertama dan digunakan sebagai masukan pada tindakan siklus kedua. Pada siklus ini juga terdapat empat kegiatan utama yang terdiri dari perencaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Apabila permasalahan belum terselesaikan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

4.      Siklus III
Siklus III merupakan perbaikan dari siklus II, tahapan dari setiap siklus perlu disusun rencana yang matang dengan mempelajari hasil refleksi tindakan kedua dan menggunakannnya sebagai masukan pada tindakan siklus ketiga. Pada siklus ini juga terdapat empat kegiatan utama yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, indikator keberhasilan yang diharapkan sudah tercapai dan permaslahan yang masih ditemukan dalam siklus II sudah diperbaiki dan ditingkatkan pada siklus III sehingga penelitian ini kemudian dihentikan.

3.4  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, tes hasil belajar, dan dokumentasi. Menurut Sudijono  (2005: 76), observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru menyampaikan pelajaran di kelas.
Sudijono  (2005: 73) mengemukakan bahwa tes hasil belajar dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga (berdasar atas data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh testee lainnya.
Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan bukti-bukti dan keterangan-keterangan berupa foto-foto dari kegiatan pembelajaran yang terjadi dalam setiap pertemuan.

3.5  Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi, dan tes hasil belajar akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
1.    Lembar Observasi Aktivitas
Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan sebagai pedoman untuk memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus selanjutnya.
 
Lembar observasi siswa diolah dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

 

           
(Sudjana, 1995:78)
Keterangan :
Skor tertinggi = jumlah butir observasi x skor tertinggi tiap butir observasi
Skor terendah = jumlah butir observasi x skor terendah tiap butir observasi
Kriteria yang digunakan adalah kurang ( K ), cukup ( C ), dan baik ( B ).
        K = Kurang, skor nilai = 1
        C = Cukup, skor nilai  = 2
        B = baik, skor nilai     =  3      
Pada lembar observasi aktivitas siswa jumlah butir observasi 15, skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3, skor terendah tiap butir observasi adalah 1, maka skor tertinggi adalah 3 x 15 = 45 dan skor terendah adalah 1 x 15 = 15.
Jadi, kisaran nilai untuk tiap kriteria = 10           
Kisaran skor penilaian untuk lembar observasi aktivitas siswa adalah
Tabel 3.2. Kriteria penilaian untuk lembar observasi siswa
No
Kategori
Interval
1
Kurang
15-24
2
Cukup
25-34
3
Baik
35-45

2.                     Tes Hasil Belajar
Data tes dianalisis dengan menggunakan nilai individu, nilai rata-rata siswa, dan ketuntasan belajar klasikal. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklus.
a.                      Nilai rata-rata siswa   
Rumus untuk menghitung rata-rata nilai siswa :  =                                               
Keterangan :            = Nilai rata-rata siswa
                          SX       = Jumlah nilai siswa
                           N        = Jumlah siswa           
b.                     Ketuntasan Belajar Klasikal
Rumus untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal: KB =   x 100%                   
Keterangan :     KB      = Ketuntasan belajar
                          Ns        = Jumlah siswa tuntas
                          S          = Jumlah seluruh siswa



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdusakir. 2010. Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele.El-HIKMAH: Jurnal Kependidikan dan keagamaan.Vol VII No 2. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.
Ali, Muhammad. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Jogjakarta: DIVA Press
Hamzah.S. 2011. GeoGebra In 10 Lesson. Tutorial GeoGebra http://syaifulhamzah.files.wordpress.com/2011/12/tutorial-geogebra.pdf diakses pada tanggal 17 januari 2012 pukul 22.20 wib
Ismail, dkk. 2004. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
I Gusti Agung .2008. Problematika Pembelajarn Geometri Antara “Action” dan “Illusion” . Makalah Pada Seminar Pendidikan Matematika Tentang Pemantapan Konsep dan Pemecahan Masalah Geometri Pada Pendidikan Dasar. Universitas pendidikan Genesa Singaraja (http://p4tkmatematika.org) diakses pada tanggal 6 Februari 2012 pukul 08.15
Mahmudi. A. 2010. Membelajarkan Geometri dengan Program Geogebra. Makalah Pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta :Yogyakarta (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Makalah%2017%20Semnas%20LPM%20UNY%202011%20_Pemanfaatan%20GeoGebra%20dalam%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf ) di akses pada tanggal 17 desember 2011, pukul 22.03
Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang : Rasail Media Group.
Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajara Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, M., 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ulpah,Maria. 2007. “Penggunaan Komputer Sebagai Media Pembelajaran Di Perguruan Tinggi”. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Vol 12 NO 1. (http://www.docstoc.com/docs/19707999/4-Penggunaan-Komputer---maria-ulpah) diakses pada tanggal 30 desember 2011 pukul 16.10
Van De Walle, Jhon A. 2008. Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah Pengembangan Pengajaran jilid 1. Jakarta : Erlangga




Tidak ada komentar:

Posting Komentar